F3? Cerita Setelah Trip Mesin Pelangi



Akhirnya trip pertama di 2018 bersama Mesin Pelangi selesai kemarin. Sangat singkat untuk melakukan banyak hal tapi lumayan panjang jika untuk mendapatkan banyak hal yang memang harusnya kuambil sebagai pelajaran. Sebab memang kemanapun melangkah harusnya kita bijak untuk menjadikan semua hal sebagai guru untuk hidup kita.
Pertama aku harus mengakui kekuranganku dalam trip kemarin. Pencatatan yang aku lakukan masih sangat kurang detail, apalagi berurusan dengan dana, itu seharusnya kucatat dengan lebih rinci lagi. Sedangkan ke pasar kemaren yang menghabiskan uang 300ribu aku lupa mencatat semuanya. Aku hanya berfikiran ‘yang penting kebutuhan mencukupi’, itu saja. Padahal di kantor aku ingin segalanya harus ada laporan. Teledor sekali.
Kedua, aku harusnya memberi service lebih untuk si Black jauh lebih baik. Supaya ketika menemukan jalur perjalanan seperti kemarin tidak membuat kecemasan berlebih dalam hati. Perjalanan ke Sungai Pisang itu ternyata lebih ekstrim dari yang aku kira. Aku mengira jalannya hampir sama dengan perjalanan ke Taluak Buo, kebetulan perjalanan ke Taluak Buo searah hanya saja Sungai Pisang lebih jauh sedikit. Dan perjalanannya ekstrim sekali. Curam. Tapi mungkin lewat sana bisa terus ke Kampung Mandeh. Meskipun begitu, kalau trip AJARI ke Mandeh jadi, aku biarlah memilih jalur laut. Rasanya lebih aman.
Ketiga, harusnya persiapan yang kami lakukan harus lebih baik. Apalagi dengan personil yang masih saja kurang menghargai waktu. Perjalanan jadi tidak sesuai rencana karena beberapa ada yang terlambat sampai di kantor. Karena sudah mepet waktunya, alhasil tidak sempat cek barang yang sudah dan belum ada. Padahal kelengkapan itu terkait kenyamanan sepanjang trip.
Keempat, aku tak boleh menilai orang sekilas saja. Sebab dalam perjalan kemarin banyak hal tak kusangka terjadi di depan mata. Cukuplah untuk ini aku saja yang tahu detail yang aku pelajari dari point ini. Yang pasti aku sangat teramat kaget dengan hal-hal yang baru aku tahu itu. Dan, yap! Semoga aku bisa terus menjadi diriku sendiri tanpa kedok apapun yang aku pakai. Lord, show me more on last trip!
Kelima, aku jadi tahu istilah bangsat F3. Fuck for free. Agak frontal sih tapi ini obrolan yang bagiku ya wajar karena hal itu memang ada. Saat aku dan Heju membeli es, kami bertemu orang kampung Heju, meskipun ga dikenalnya. Tapi obrolan dengan mereka lumayan seru juga. Abang yang aku lupa namanya itu meminta pendapat mengapa cewek begini dan begitu. Karena memang aku belajar dari novel-novel yang aku baca, memang wanitalah yang sering menghancurkan. Baik menghancurkan dirinya, orang lain ataupun lingkungannya sendiri. Seperti banyak cewek yang menolak cowok baik karena alasan terlalu baik dan memilih badboy. Atau saat cewek meronta tak ingin putus karena sudah F3 dengan si cowok. Kenapa begitu?
Sedangkan nanti saat si badboy menjadi jahat ke dirinya, dia menghujat cowok itu sejadi-jadinya. Atau yang sudah F3, hai kan itu ga akan terjadi kalau ceweknya menolak untuk melakukannya. Kalau terjadi, bahkan beberapa kali, itu berarti atas dasar sama-sama mau bukan? Lalu kenapa jadi tameng untuk mempertahankan hubungan yang terkadang si ceweknya tidak nyaman. Aku sering mendengar kejadian seperti itu.
Laki-laki sebaik apapun diawal ke ceweknya, saat sudah mendapatkan tahta tertinggi perempuan itu, dia akan sekenanya memperlakukan cewek. Bahkan bisa saja jadi main tangan. Hal itu membuat si cewek tidak lagi nyaman dalam hubungan. Menurutku ya tidak ada salahnya melepaskan saja, sekotor apapun wanita tetap bisa memperbaiki diri. Dan masih ada laki-laki baik yang jauh lebih baik dan berhati besar menerimamu. MESKIPUN TIDAK BANYAK.
Aku menulis begini bukan dari pengalaman pribadi, alhamdulillah sekali sampai saat ini aku ataupun orang-orang sekitarku serta Allah-ku masih menjaga dari hal itu. Aku menulisnya karena menyaksikan hal-hal serupa itu, membacanya dari novel-novel, atau bahkan mendengar curhatan kawan sejawat atau pacarnya kawan. Kebetulan aku lebih banyak dapat bertukarfikiran dengan kawan laki-laki daripada kawan perempuan.
Tentang F3 itu, itu bukan aib perempuan saja, sekalipun hanya berbekas di perempuannya saja. Aku ingat kata-kata kawanku,”kenapa laki-laki sok memilih wanita, sedangkan perjalanannya banyak mengotori wanita?” Pada dasarnya laki-laki yang mengotori wanita juga karena wanitanya mau kok, jadi jangan selalu menyalahkan laki-laki atas kesalahan yang terkadang juga berawal dari perempuannya itu. Lagian semua orang pasti ingin pasangan yang lebih baik agar bisa memperbaiki diri bareng-bareng.
Terakhir, biar ga jadi pancasila. Keenam, ke pulau itu jangan lupa bawa kemeja. Bukan supaya rapi, supaya kulitnya ga memerah saat memuaskan hasrat duduk di bagian depan kapal. Tempat favorit dari kecil.
Ketujuh, belajarlah berenang wahai Febrieza Rahmadani yang S.Hum-nya ga sampai-sampai. Karena pasti lebih seru ke pulau dengan skill berenang. Jangan ditepian melulu, berenang! Nanti ambil private sama kak Fika ajalah. HAHAHAHA.
Sudahlah, mungkin beberapa point ada yang tidak mendetail ada yang terlalu detail atau malah kemana-mana. Tapi blog ini memang begitu, ga ada yang jelas. Yang jelas itu cuma perasaan yang masih tidak berbalas. Banyaklah membaca, karena dari sana kau tak perlu menjadi pelaku untuk tahu sebab-akibat. HAHAHHAHAHAHAHAHHA

Yang pasti dalam semua perjalanan akan ada saja yang Tuhan selipkan untuk kita ambil baiknya dan kita buang buruknya. 

Komentar

Posting Komentar