Setiap
yang bernyawa pasti akan mati, itu kata Allah Swt dalam Surat Ali Imran ayat
185. Pasti. Begitulah kata Tuhan yang Esa itu dalam firmannya. Begitupun aku,
cepat atau lambat akan menemui kematian. Apa yang bisa kulakukan jika kata Tuhan
aku akan mati dua menit selepas kuposting ceriita ini? Tidak ada lagi, selain
mengingat Tuhan. Itu satu-satunya.
Semua
orang takut dengan kematian itu. Aku malah takut sekali. Membayangkan selepas mati,
aku dimandikan dengan banyak sabun dengan merk yang berbeda-beda, bahkan
sebagian sabun-sabun itu baunya tidak familiar denganku, malah bau-bauan yang
aku benci sekali. Dan semuanya bercampur, bayangkan saja baunya jadi sangat
tidak jelas.
Belum
lagi baju-baju kaos hitam kesukaanku akan berganti dengan warna putih yang
sebenarnya sama sekali tidak kusukai. Ditambah dengan bantalan-bantalan kapas
yang selip sana selip sini yang membuat tidak nyaman. Betapa besarnya bungkusan
kafan yang membungkus batang badan yang sudah mulai gempal ini. Tidak nyaman
dan tidak menyenangkan sekali.
Namun
yang kutakutkan bukan semua itu, beberapa hal itu hanya membuat perasaan
nyaman. Saat masuk ke dalam liang yang
hanya semuat-muat badan saja, sempit sekali pasti rasanya. Apalagi bagiku yang
bergerak terus, bahkan sampai saat tidur sekalipun. Ruang sempit itu tentu yang
menghuni bukan aku sendiri. Binatang-binatang kecil yang liat dan lunak akan
lalu lalang. Lalu pelan-pelan mulai menyicipi tubuhku.
Semasa
hidup saja aku sangat geli dengan yang namanya ulat, apa saja bentuk ulatnya. Menggelikan.
Apalagi aku yang diikat dan dibalut dengan kafan dan kapas begitu, tak bisa
melarikan diri, menjauhkan binatang-binatang itu. Lain lagi siksaan kubur yang
katanya amat sangat menyakitkan. Bersua binatang penghuni tanah-tanah itu saja
aku sudah ketakutan tanpa ampun. Ditambah dengan penghitungan dosa yang
bergantian kulakukan. Tak ada yang paling mengerikan di dunia ini selain siksa
kubur. Tidak akan ada.
Sedangkan
di dunia, akan kutinggalkan orang-orang yang aku sayangi. Kedukaan mereka
adalah ketakutanku di masa hidup. Aku akan mendengar isak tangis orang tua,
saudara, bahkan nanti mungkin suami dan anakku.
Jika
aku telah punya anak, takutlah aku jika aku mati terlalu cepat. Doa-doaku
selepas salat tentu sangat menjadi pertimbangan Tuhan untuk menyertai langkah
anak-anakku nanti. jika aku mati, doa yang semanjur doa seorang ibu akan hilang
dari anak-anakku. Betapa sedihnya. Aku tak terbayangkan. Eh, tapi aku tidak
tahu orang akan bagaimana jika aku yang hilang dari kehidupan. Tak ada yang
pernah kulakukan sesuatu yang berarti untuk orang banyak. Mungkin selepas ini
ada.
Kematian
juga berarti perpisahan selamanya dengan kehidupan dunia. Orang tua,
saudara,kekasih, dan semuanya akan kutinggalkan jika aku mati. Akan berat
sekali untuk hatiku menjadi sendiri di keabadian. Orang sepertiku paling tidak
tahan dengan kesendirian. Hidupku sangat ramai dan menyenangkan untuk
ditinggalkan. Meski sering jalan-jalan sendiri, tapi aku malah tak pernah
kesepian. Kecuali di beberapa saat terlelahku.
Tak
terbayang menyedihkannya aku di dalam kubur sendirian saja. Tidak ada musik
yang kusuka, tidak ada kawan bercengkrama di dalam liang. Adakah sedih yang
lebih sedih daripada itu?
Hanya
saja, tak bolehlah aku merasa akan mati cepat jika hidup yang dianugrahkan
sangat indah begini. Bisa membaca buku, mendengarkan musik, melihat pria-pria
tampan dan lain hal yang amatlah indah. Bagian terpenting tentang kematian
adalah kita takkan tahu kapan dia akan pulang pada kita, cukup berbuat baik dan
memohon ampun lebih sering saj adari biasanya.
Komentar
Posting Komentar