Beberapa waktu yang lalu Spongebob mendapat peringatan dari Komisi Penyiaran Indonesia alias KPI. Teguran tersebut diberikan karena pada salah satu episode kartun si kuning ini terdapat adegan melempar kue ke wajah dan memukul menggunakan kayu. Selain itu juga ada beberapa tayangan lain yang mendapat teguran yang sama dan alasan yang hampir tidak jauh berbeda. Jauh sebelumnya juga di kartun Spongebob, mendapat sensor pada beberapa tokoh seperti Sandy. Banyak sekali kecaman terhadap dua institusi tersebut untuk kedua kasus tersebut.
Menurutku pribadi tontonan apapun tayangan di TV, tidak dapat dikontrol dengan memberi teguran pada setiap adegan yang dinilai akan membuat anak-anak menirukan hal tersebut. Kasus tersebut kembali lagi kepada pengawasan orang tua si anak. Pengawasan bukan berarti menyaring tayangannya, namun menyaring nilai baik dan buruk dalam tayangan tersebut. Dalam tayangan Spongebob tersebut sudah diberikan kode 'BO' yang artinya BIMBINGAN ORANG TUA, yang artinya orang tua atau orang yang mendampingi si anak menonton untuk mengkomunikasikan hal yang sepatutnya dijelaskan. Memang sangat sulit untuk dapat mengkomunikasikan nilai-nilai terhadap anak kecil, tergantung hubungan dengan si anak.
Kubawakan contoh dari film kesukaanku. Bagi yang menonton Avengers:Endgame semuanya dapat melihat bagaimana komunikasi dengan anak harusnya terbangun. Hal tersebut terdapat dalam adegan dimana Tony mengucapkan 'shit' saat menemukan rumus yang tepat membuat mesin waktu. Morgan yang ternyata duduk di tangga menirukan kata tersebut. Dalam bahasa Inggris 'shit' adalah kata yang digolongkan dalam kata kasar. Namun Tony malah menjelaskan bahwa kata itu adalah milik Pepper Pots dan hanya Pots yang bolehmengatakan hal tersebut, coba tonton dan perhatikan pada bagian itu. Berkali-kali aku menonton adegan tersebut, berkali-kali juga aku menggumam,"andai orang tua di Indonesia juga seperti itu." Jika hal yang sama terjadi di Indonesia, mungkin si orang tua akan memarahi anak kecil yang berkata kasar dengan mengatakan "sekali lagi kamu mengucapkan kata tersebut, akan kucabai mulutmu."
Kedua kasus tersebut tampak tidak sinkron, tetapi ada dalam kasus yang sama. KPI memberikan teguran karena ada adegan "jahat" dalam tayangan kartun Spongebob, lembaga sensor menutup Sandy yang berbikini. Namun seharusnya bukan KPI dan lembaga sensor yang repot, tetapi orang tua atau kakak atau siapapun yang mendampingi si anak untuk dibimbing mengenai hal tersebut. Biar komunikasi si anak dan partner menontonnya yang menyusun pola pikir si anak mengenai jika memukul orang lain dengan kayu, orang lain yang dipukul akan kesakitan dan akan menjauhi kita. Saat kita melemparkan kue ke muka orang lain, kuenya menjadi mubazir dan orang lain menjadi malu. Saat Sandy berpakaian bikini, kan dia seekor tupai yang biasanya tidak memiliki baju dan kita memiliki budaya untuk menutup aurat. Saat komunikasi yang baik terhadap anak dan orang tua serta orang-orang sekelilingnya, apapun tontonan si anak tidak akan begitu berpengaruhi terhadap kepribadiannya.
Intinya begini, apapun yang dilakukan KPI dan lembaga lainnya terhadap tontonan selama masih teguran bawa ketawa saja. Meski KPI tidak pernah menegur tayangan yang menurut masyarakat patut ditegur. HAHAHA. Semoga kita yang berada disekeliling anak-anak dapat membimbing anak-anak Indonesia untuk lebih baik lagi menyikapi banyak hal.
Menurutku pribadi tontonan apapun tayangan di TV, tidak dapat dikontrol dengan memberi teguran pada setiap adegan yang dinilai akan membuat anak-anak menirukan hal tersebut. Kasus tersebut kembali lagi kepada pengawasan orang tua si anak. Pengawasan bukan berarti menyaring tayangannya, namun menyaring nilai baik dan buruk dalam tayangan tersebut. Dalam tayangan Spongebob tersebut sudah diberikan kode 'BO' yang artinya BIMBINGAN ORANG TUA, yang artinya orang tua atau orang yang mendampingi si anak menonton untuk mengkomunikasikan hal yang sepatutnya dijelaskan. Memang sangat sulit untuk dapat mengkomunikasikan nilai-nilai terhadap anak kecil, tergantung hubungan dengan si anak.
Kubawakan contoh dari film kesukaanku. Bagi yang menonton Avengers:Endgame semuanya dapat melihat bagaimana komunikasi dengan anak harusnya terbangun. Hal tersebut terdapat dalam adegan dimana Tony mengucapkan 'shit' saat menemukan rumus yang tepat membuat mesin waktu. Morgan yang ternyata duduk di tangga menirukan kata tersebut. Dalam bahasa Inggris 'shit' adalah kata yang digolongkan dalam kata kasar. Namun Tony malah menjelaskan bahwa kata itu adalah milik Pepper Pots dan hanya Pots yang bolehmengatakan hal tersebut, coba tonton dan perhatikan pada bagian itu. Berkali-kali aku menonton adegan tersebut, berkali-kali juga aku menggumam,"andai orang tua di Indonesia juga seperti itu." Jika hal yang sama terjadi di Indonesia, mungkin si orang tua akan memarahi anak kecil yang berkata kasar dengan mengatakan "sekali lagi kamu mengucapkan kata tersebut, akan kucabai mulutmu."
Kedua kasus tersebut tampak tidak sinkron, tetapi ada dalam kasus yang sama. KPI memberikan teguran karena ada adegan "jahat" dalam tayangan kartun Spongebob, lembaga sensor menutup Sandy yang berbikini. Namun seharusnya bukan KPI dan lembaga sensor yang repot, tetapi orang tua atau kakak atau siapapun yang mendampingi si anak untuk dibimbing mengenai hal tersebut. Biar komunikasi si anak dan partner menontonnya yang menyusun pola pikir si anak mengenai jika memukul orang lain dengan kayu, orang lain yang dipukul akan kesakitan dan akan menjauhi kita. Saat kita melemparkan kue ke muka orang lain, kuenya menjadi mubazir dan orang lain menjadi malu. Saat Sandy berpakaian bikini, kan dia seekor tupai yang biasanya tidak memiliki baju dan kita memiliki budaya untuk menutup aurat. Saat komunikasi yang baik terhadap anak dan orang tua serta orang-orang sekelilingnya, apapun tontonan si anak tidak akan begitu berpengaruhi terhadap kepribadiannya.
Intinya begini, apapun yang dilakukan KPI dan lembaga lainnya terhadap tontonan selama masih teguran bawa ketawa saja. Meski KPI tidak pernah menegur tayangan yang menurut masyarakat patut ditegur. HAHAHA. Semoga kita yang berada disekeliling anak-anak dapat membimbing anak-anak Indonesia untuk lebih baik lagi menyikapi banyak hal.
Komentar
Posting Komentar