Kecewa sama Kurir LAZADA :)


Semakin kesini semua halnya semakin maju, apa-apa serba daring. Pesan ojek, taksi, bahkan belanja apapun sudah bisa daring. Meskipun agak susah menyesuaikan dengan segala macam daring, minggu lalu aku coba-coba download salah satu aplikasi daring yaitu aplikasi LAZADA. Aplikasi belanja online inipun disarankan oleh aplikasi dompet online DANA yang aku unduh untuk keperluan pembayaran aplikasi TIX ID. Itupun kugunakan jaga-jaga kalau jadi berangkat ke kota luar saat film yang aku tunggu-tunggu tayang.

Kalau untuk TIX ID dan DANA hal mengecewakan yang aku rasakan, hanya biaya admin yang dihitung per tiket. Aku berharap sekali kalau hitungnya per transaksi saja, jadi kalau nonton ramean merasa semakin untung menggunakan aplikasi ini.

Curhat kali ini akan kuceritakan kekecewaanku kepada LAZADA, namun ada baiknya kita ceritakan sesuai kronologi saja biar tidak ribet. Minggu lalu sedang ramainya promosi 11.11 di semua aplikasi daring, termasuklah di LAZADA yang baru saja aku donwload setelah itu. Selepas hari promo besar-besaran itu, aku ketemu hari gabut dan berselancar di aplikasi LAZADA. Aku menemukan beberapa sepatu perempuan, aku sih sudah yakin ukurannya susah disesuaikan dengan standar ukuran perempuan.

Setelahnya aku memilih salah satu sepatu flip dan tentunya dengan pilihan warna hitam serta ukuran paling besar, ukuran 40. Meski sudah melewati 11.11 ternyata aplikasi ini masih punya diskon yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Aku mendapatkan diskon penuh untuk harga sepatu. Sehingga aku hanya membayar ongkos kirim saja. Satu lagi yang aku suka dari aplikasi ini adalah bisa membayar saat barang sampai di tangan kita. Disinilah kekesalanku muncul.

Poin bagus dari LAZADA ini selain bisa bayar ke kurirnya langsung, pengirimannya juga terhitung sangat cepat. Setelah aku pesan barang di tanggal 13 November, tiga hari kemudian sudah sampa di fasilitas logistik mereka di Kota Padang. Lokasi mereka juga tidak jauh kok dari tempat tinggalku. Besoknya atau tanggal 17 November aku ditelfon kurirnya. Aku jelaskan kalau situasi kontrakan kosong sekali kalau hari Minggu. Biasanya kontrakan ini hanya berpenghuni aku di akhir pekan. Namun hari itu aku diharuskan ke Lubuk Linggau untuk sesuatu hal.


Hari dia menelfon itu juga adalah hari aku akan berangkat kembali ke Kota Padang. Setelah kujelaskan kalau kontrakan kami sedang kosong, aku sedang di Lubuk Linggau, akan kembali sore itu, dan akan sampai di Padang di hari Senin pagi subuh. Akhirnya si kurir bilang dia akan titipkan ke satpam fasilitas logistik dan aku bisa menjemputnya besok pagi di sana. Baiklah kataku.

Pada aplikasiku keterangannya sudah diterima, pikirku tidak apa-apalah toh besok pagi barangnya akan kujemput. Meskipun besoknya malam baru sampai di tangan itu barang.

Akhirnya setelah sampai di Padang sampai pukul lima subuh dan menyiapkan bekas pengasuh keponakan yang dipulangkan, aku ke fasilitas logistik LAZADA yang hanya berjarak kurang lebih 500 meter. Kutanyakan ke satpam dan barang yang kucari tidak ada. Kucoba telfon kurir yang sebelumnya menghubungi dan tidak diangkat dong. Kutelfon sampai berbelas kali. Sembari berangkat ke kampus pun aku coba tanyakan lagi kepada satpamnya. Dan memang tidak ada.

Siangnya kucoba telfon lagi, diangkat. “Maaf kak, barangnya tertinggal di mobil dan lupa ditinggal ke satpam,” jelas Abang kurirnya. Sabar banget dong aku. Dia jelaskan kalau nanti sore biar diantar sekitar pukul lima sore. Baiklah.

Pukul 5 kucoba telfon lagi, katanya lagi masih di lapangan untuk mengantar. Situasinya aku harus segera ke rumah sakit untuk melihat kakak sepupuku yang dirawat, kata si kurir lagi nanti samperin ke satpam saja saat malam. Tidak akan lupa lagi katanya. Oke. Sepulang dari rumah sakit, berhenti lagi di fasilitas logistiknya. Masih dengan satpam yang sama dan barangnya masih tidak ada.

Kesal, aku hubungi lagi si kurir. Berkali-kali telponku tidak direspon oleh kurirnya. Akhirnya kupinjam gawai adikku untuk menghubungi si kurir, diangkat dong. Hati sudah panas sekali itu. Dia bilang masih di lapangan dan katanya akan diantar saja. Terlanjur sakit hati sebelum sampai di kontrakan, kuputuskan untuk aku saja yang menjemput di mana posisi dia sekarang. Kuhubungi lagi dan kusuruh tunggu di posisinya saat itu. Kebetulan posisinya tidak jauh juga. Untung tidak marah-marah, karena dia sudah langsung minta maaf.

Intinya begini, aplikasi dan layanan harus seimbang. Padahal untuk aplikasinya, LAZADA-nya sudah bagus sekali. Diskon yang ampun-ampunan, kemudahan untuk membayar ke kurir saat barang sampai di tangan, dan banyak hal lain yang mungkin aku belum tahu. Hal begitu harusnya juga didukung dengan layanan kurir yang optimal. Jangan sampai lupa ataupun tidak mengangkat belasan panggilan dari pelanggan. Aku kesalnya itu selain malu berkali-kali menemui satpam tetapi barangnya tidak ada, panggilanku yang berkali-kali tidak diangkat-angkat. Karena panggilan tidak direspon, berbagai asumsi muncul dan menambah kekesalan pribadi.








Jera? Tidak juga. Meskipun barang yang aku pesan ternyata tidak pas di kaki, setidaknya aku masih bisa kasih sepatu ke si bungsu. Mungkin untuk barang lain bisa dicoba lain kali, kalau ada diskon lagi. HAHAHAHA. Nanti mungkin kita bisa coba SHOPEE atau aplikasi yang lain.

Komentar

  1. Sejujurnya aku lebih puas Zalora dan Shopee

    Maaf ya, Lazada.
    Salah sendiri tidak pernah ngajakin kerjasama
    HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA

    Enggak sih, pernah juga sekali.

    Sabar ya ja kwkw
    Lagi apes aja kayaknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bang, apes sih itu.
      Mungkin perlu dicoba sekali lagi biar bisa dibandingkan ya Bang. Hehe

      Hapus

Posting Komentar