Cerita Pergaulan sama Om-om... (Deklarasi Silverians Ranah Minang)

Hari baru pengalaman baru, mengantarkan pada kenalan-kenalan baru pula. Ada cerita dan ilmu yang baru pula. Sabtu (13/03) lalu aku berkenelan dengan salah satu komunitas otomotif yang mengadakan pendeklarasian hadirnya mereka di Sumatra Barat. Acara ini Komunitasnya bernama Silver Cars Community Indonesia atau singkatnya mereka dipanggil Silverians. Komunitas ini sudah berumur sewindu setelah mereka dibentuk pada 16 Februari 2013 di Bilangan Jakarta Selatan.

Jadi Silverians ini menjadi wadah bagi pecinta otomatif khususnya kendaraan roda empat yang disatukan oleh kesamaan warna, yaitu warna silver. Nah ini nih yang kusebut ilmu baru, warna silver ternyata bukan hanya satu. Ada 300 warna turunan dari satu warna silver. Sedikit terkejut aku saat diberi tahu tentang adanya ratusan turunan warna, bisa ya sebanyak itu. HAHAHA. 

Pendeklarasian Silverians Ranah Minang ini diadakan Sabtu, 13 Maret 2021 di Taman Pucuak Merah, Padang. Acaranya turut dihadiri oleh pengurus Silverians pusat, pengurus IMI Sumatra Barat, IAS, dan banyak komunitas roda empat dari berbagai daerah di Sumatra Barat. Kebetulan aku diajak untuk membawakan acara ini oleh Kak Sherlie, maka jadilah aku menjelang malam minggu di sana bersama Om dan Tante komunitas otomotif ini.  

Ada kerinduan yang terobati di sini, beberapa tahun lalu aku ada di acara-acara menyenangkan seperti ini. Selain itu kerinduan bercengkerama dengan komunitas yang bukan komunitasku. Rasanya dulu sering sekali hadir di acara-acara komunitas, bahkan sempat mendapat taggar #RezaEVerywhere. Bahagia sekali bisa kembali di suasana seperti itu. 


 

Harus kuakui permainanku masih saja kurang jauh. Selama ini aku memberi referen sedikit jelek terhadap panggilan Om di setiap candaan yang keluar dari mulut lantam ini. Namun setelah pertemuan dengan Om-Tante komunitas otomotif, referen ini harus kugeser. Sebab Om dan Tante menjadi panggilan akrab di antara mereka. Meskipun umurnya muda atau tua, semua member komunitas otomotif akan dipanggil Om dan Tante.Sama halnya dengan panggilan Bapak dan Ibuk di komunitas pecinta alam. Atau sama halnya panggilan sayang antara kita, ah aduh, eh udah. HAHAHA. 

Aku menulis ini karena selama ini pandangan orang di luar lingkaran komunitas otomotif masih memandang eksklusifitas yang dipunyai komunitas semacam ini. Apalagi bagi makhluk-makhluk yang masih kurang mainnya sepertiku ini. Ya ga tuh? Ya dong...

Nah dari sekarang jangan kaget kalau ada obrolan orang lain menyebutkan Om dan Tante ya, referennya bisa macam-macam. Seperti kataku, semua kata itu netral, kontekslah yang membuatnya baik atau buruk. Ya kalian pahamlah maksudku. Jangan pernah melepaskan konteks dari obrolan ya, biar tidak ada prasangka berlebihan terhadap sebuah kata atau kalimat.

Komentar