Kalah Dalam Perjuangan, Bukan Kalah dalam Prasangka

Untuk pertama kali setelah sekian lama aku melangkah lemah ke bukit tempat Ayah dan Nenek membaringkan lelah mereka berpuluh tahun. Sebab ada kedukaan yang aku kadukan pada mereka berdua. Setelah kejadian besar kembali terjadi kepadaku beberapa hari yang lalu, kurasa aku perlu mencatatkannya bukan hanya sebatas di media sosialku, namun perlu kuceritakan sedikit di blog ini. Anggap saja ini menjadi caraku mengenang kejadian yang ingin sekali aku caci maki. Aku tidak akan menyalahkan siapapun sama sekali, sebab ini adalah keputusanku sedari awal untuk mencoba. 

 

Iya, aku patah hati lagi setelah sekian lama berlalu dan berdamai dengan fakta yang disuguhkan. Rasanya tidak perlu aku jabarkan sosok laki-laki ini, biarkan beberapa orang terdekat saja yang tahu betapa sepanjang tiga bulan terakhir aku mati-matian berdoa dan berusaha mendapatkan atensinya. Meskipun cerita sepanjang itu ada naik turun harap dibuatnya. Gokil juga sih seorang Reza bisa kembali melakukan hal-hal bodoh. 

 

Oh iya, ini sekaligus untuk penjelasan ke beberapa teman yang takut aku menjadi perusak hubungan orang lain karena aku membuat persona mesra dengan salah satu teman pria di lingkaran pertemananku. Biar kalian tahu bagaimana perasaan seorang Reza bisa menjatuhkan atensinya. HAHAHAH. 

 

Aku sudah kehilangan banyak yang membuat aku harus menyeimbangkan perasaanku dengan logika. Supaya mereka terus berdampingan, meskipun logikaku kadang menjadi subjektif di beberapa momen. Hanya saja pelajaran yang kuterima di kelas-kelas sastra membangun sudut pandang yang berbeda dari banyak perempuan, jadi jangan memasangkan logikaku dengan logika perempuan pada umumnya. 

 

Dua tahun lalu, akhirnya aku mendapati ikhlas melepas seseorang (kita sepakat ya untuk tidak satupun nama ada di tulisan ini!). Setelah proses enam atau tujuh tahun terjebak dengan pola yang sama. Polanya begini, saat aku berdiskusi dengan diri sendiri untuk menyudahi cerita dengan seseorang ini, ada saja jalannya untuk menggoyahkan itu. Pokoknya membingungkan kalau dikisahkan detail, intinya kadang tak masuk di akal tapi benar-benar terjadi.

 

Lalu selepas itu, ada satu laki-laki baik yang bukan orang baru bagiku. Sudah lama juga sering kutitipi salam, awalnya juga candaan tongkrongan semata. Lalu setahunan di belakang, aku pikir begini, ‘aku mau cari perhatian dia lah.’ Maka bersepakatlah aku dan diriku untuk mencari perhatian ke beliau ini. Tidak perlu kubuatkan referensi apa-apa, orang-orang terdekat tahu dia dan itu sudah cukup. Meskipun ternyata aku tidak cukup patut untuk membuat dia merelakan hidupnya untuk berjalan denganku. Intinya sudah kalah dalam pertarungan, bukan kalah dalam prasangka, dan itu bagiku cukup. 

 

Lalu di sebuah momen, akhirnya aku kembali menyepakati sesuatu hal besar yang sudah lama sekali tidak pernah kusepakati. ‘Baiklah, kita buka rahasia besar yang ada di antara kami yang entah dia tahu atau tidak, kita luruskan saja maksud ke dia’ Maka bermulalah kisah yang lumayan kampret ini. Hihihi. 

 

Disclaimer sekali lagi, aku tidak sama sekali menyalahkan siapapun. Ini hanya caraku untukku mengenangnya nanti di suatu saat dan sekaligus klarifikasi dari kecurigaan beberapa junior yang takut akan ada perasaan aku dengan salah satu sahabatku. Dan begini..

 

Aku bukan orang yang sembarangan menanamkan sayang dan harapan di satu tempat yang sama bahkan di sembarangan orang. Prinsipku perasaan dan harapan kita adalah sepenuhnya tanggung jawab pribadi yang harus diatasi oleh diri sendiri, kecuali ada yang bersedia menanggungnya berdua. Sok dewasa banget ya, tapi aku harus beri tahu kalian kalau aku sudah sampai di tahap itu. Dan sekali patah, pulihnya juga butuh waktu. Entahlah kalau nanti ada keajaiban lewat laki-laki baik lainnya.

 

Untuk menaruh sayang dan harapan sekaligus ke satu orang pun, aku punya caraku sendiri. Butuh pergulatan pikiran tentang banyak hal yang akan kutempuh dengan seseorang dan itu tidak semalam putus dalam pikiranku. Saat aku dapatkan keputusan itu, tidak akan segan aku sampaikan baik-baik, tanpa kode-kode. Apa itu kode? HAHAHAHAA

 

Aku akan mempertanyakan diriku sendiri untuk menyukai seseorang, jadi saat Febrieza Rahmadani binti Azrul sudah mengatakan terang-terangan, itu adalah fakta yang sejujurnya terjadi. Jadi meskipun kalau aku dan beberapa sahabat panggil sayang-sayangan bahkan kadang kelewatan bercakap seolah-olah pasangan yang bagaimana, ya tidak ada apa-apa kalau tidak ada kesepakatan di diriku untuk memelihara perasaan khusus untuk dia. Jadi jelas ya!

 

Waiya, satu lagi prinsipku, tidak akan ada cerita lain dalam cerita yang dibangun. Aku tidak akan merusak cerita orang lain sama sekali, makanya aku memastikan ada orang lain atau tidak dalam cerita orang yang ingin aku tuju. Bukan style-ku untuk merusak cerita orang lain. Tolong dicatatkan itu.

 

Well, sudah terlalu panjang. Cukuplah, setidaknya uneg-uneg dilimpahkan meski tidak mungkin semuanya. Intinya perdamaian dengan hal sekecil ini pasti mudah untukku, sebab ada perdamaian yang masih terus aku diskusikan dengan diriku sendiri selain ini. Aku hanya berdoa seperti biasa, tidak ada silahturahmiku yang rusak oleh pergulatan pribadi seperti ini. Aamiin. Soalnya pelaku masih ada hutang janji dan hutang kado, WKWKWKWKWK!!!!

 

Komentar

Posting Komentar