Xu Xialing Favoritku di Shang-chi and the Legend of the Ten Rings

Yeay, akhirnya aku bisa meet-up dengan Awkwafina sebagai Katy di Shang-chi and the Legend of the Ten Rings. Terlalu terlambat untuk mempamerkan kalau bioskop sudah buka kembali di Padang dan membuat Kota Padang ketinggalan hype-nya Blackwidow di bioskop. Sengaja memilih jam tayang paling awal setelah rencana ini terulur beberapa kegiatan yang alhamdulillah. Efeknya bisa menikmati satu studio paling luas di CGV Raya Padang seorang diri. Ternyata punya satu studio untuk menonton film favorit itu menyenangkan, dan beberapa bioskop juga bisa menyediakan itu kalau kita mampu. 

 

source: pramborsfm.com

Bisa sehisteris itu tanpa segan ke orang lain adalah pengalaman baru yang mungkin beberapa orang lain sempat merasakannya juga. Bisa melepaskan seluruh ekspresi yang diakibatkan beberapa adegan yang menurut perasaanku luar biasa epik. Tapi ini hanya penilaian personal, pendapat pribadi.

Aku bersemangat sekali saat Jiang Nan memberikan senjata pada Xu Xialing. Katanya begini, ‘kita di sini sederajat’. Sebab ia sedang memandangi orang-orang yang sedang latihan bela diri di Ta Lo dan sangat nampak ingin ikut serta. Seolah ada takut untuk bergabung, bentukan Wen Wu yang tidak mengizinkan dia ikut berlatih dengan pasukan yang semuanya adalah laki-laki.  

Sejak awal trailernya keluar, Shang-chi and the Legend of the Ten Rings sudah menunjukkan bagaimana etnis Tionghoa mempertahankan budaya mereka. Lebih tepatnya mempertegas hal itu. Salah satunya dari bahasa yang digunakan, tapi seriusan itu yang membuatku sering mikir: ‘aku harus meniru cara mereka mempertahankan apa yang menjadi milik mereka’. Setidaknya setengah awal film ini didominasi oleh bahasa Tionghoa. Dan sebenarnya memberi kabar kalau Asia semakin menjadi-jadi di belahan dunia bagian sana. Menjadi-jadi dalam hal baik ya, kayak dominasi karya-karya keren di negeri ujung sana. 

source: google

 

Selain dominasi Asia, yaa karena memang dari komiknya memang Shang Chi adalah orang Tionghoa, sosok perempuan dalam film ini banyak digambarkan memiliki superiornya masing-masing. Sebutlah dari Leiko Wu sosok perempuan yang bisa mengalahkan atau setidaknya mengimbangi sosok Wen Wu dengan Ten Rings supernya. Bahkan juga menaklukan hati Wen Wu. Sosok Katy yang tidak manja, menyenangkan, dan bisa menjadi sidekick yang luar biasa. Dengan sehari latihan memanah, dia bisa menggoyahkan Dweller in Darkness dalam sekali panah. Sosok Jiang Nan, sekalipun sepanjang film tidak ada disebutkan sebagai pemimpin desa, namun dari cara prajurit patuh pada ucapannya, aku berasumsikan kalau dialah yang memimpin desa magis tersebut. 

source: latimes.com

 

Lain lagi pada Xu Xialing, dia punya cerita tersendiri dalam menghadapi perjalanan hidupnya. Diabaikan sang Ayah setelah Ibunya meninggal, tidak diperbolehkan bergabung latihan dengan para pria dan tidak ada juga perempuan lain yang muncul pada sisi cerita Xialing. Berlatih otodidak dari apa yang dia lihat dan jadilah dia lebih hebat dari apa yang dia lihat. Shang-chi juga dilatih  menggunakan senjata yang akhirnya digunakan Xialing, sementara setelah latihan yang diintip Xialing itu tidak ada lagi adegan yang menunjukkan Shang-chi menggunakan senjata itu. Xialing malah menjadi expert untuk itu.

Kaburnya Xialing dari markas Ayahnya juga aspek betapa hebatnya penggambaran perempuan di film ini. Dilihat dari saat mereka akan kabur dari kurungan bersama Trevor memang markas ini tidak mudah untuk melewati seluruh pengamanannya, tapi Xialing berhasil. Setelah lepas dia juga membangun empire-nya sendiri. Keren sekali saat dia mengucapkan ‘i build my own’, meskipun di satu sisi sedih juga karena dia bilang diabaikan di kerajaan Ayahnya, maka dia buat pula kerajaannya sendiri. 

source: google

 

Sosok Xialing akan jadi karakter favoritku ke depannya, sebab di post credit scene yang kedua Xialing yang menjadi pemimpin The Ten Rings dan mereka akan kembali entah nanti di film MCU yang mana. Tapi aku terpuaskan sekali dengan menyempatkan jam tayang pertama di hari jumat ini. Empat puluh ribu terasa terlampau worth it untuk menyewa satu studio yang membuat aku bisa melepaskan banyak ekspresi.

Oh iya, sisi komedi di film ini juga menghibur sekali bagi aku pribadi. Adanya Awkwafina yang memang di beberapa film yang aku tonton sebelumnya mengisi porsi komedi, membuat aku mudah tertawa dengan aksinya atau sekadar ucapan dan ekspresi dia dalam film ini. Hubungan Moris dan Trevor dalam film ini juga membekas sekali. Aku ingat sekali saat Moris panik si Trevor terkapar, aku mengira akan ada drama dari binatang tak bermuka itu. Ternyata si aktor ulung hanya pura-pura dan Moris mengikutinya saat diberi tahu.

Well, aku sudah siap ke cerita MCU berikutnya minggu depan. Meskipun harusnya aku punya partner untuk menonton film ini. Partner yang tepat, you know what I mean. Sebab tidak seperti Shang-chi yang mengangkat aspek relasi keluarga, di Eternals nanti kisah percintaan akan banyak dimunculkan. Sersi-Ikaris, Druig-Makkari, Phastos bersama pasangannya, dan juga Thena yang punya kisah cinta dengan Kro si Deviant. Masa sih?



Komentar

  1. Jarang update, sekali update ulasannya luar biasa. Atau jangan-jangan Kak Rere punya banyak Blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masa sih luar biasa? Biasa di luar kali Bang 🤭😏 tapi makaciii, mood sekali baca komentar ini 🤟

      Hapus
    2. Haha Alhamdulillah, komentarku bagian dari mood booster Kak Rere. Meski dikiiiiiit. 😂...

      Ditunggu updet an yang lain Kak. 😂

      Hapus
    3. Aamiin, semoga bisa jadi rajin abis ini.

      Hapus

Posting Komentar