Baiklah, ini sudah berlebihan untuk dianggap masalah intern dan menahan semuanya. Untuk menghindari UU, tidak akan ada nama atau institusi yang akan saya sebutkan.
Adek bungsu saya, kalian harus mengakuinya sangat pintar. Tanpa belajar segiat itupun dia akan sangat pintar di angkatannya. Makin ke sini dia makin gila-gilaan belajar, bahkan jika dia harus lebih lama di kota untuk pengobatannya yang dicemaskan tetap sekolahnya, absennya, belajarnya.
Belakangan saya melihat dia berusaha terlalu keras dalam belajar, kemanapun dia selalu membawa perangkat belajar yang artinya dia selalu bawa buku-buku sekolahnya. Padahal dia ke tempatku punya agenda untuk berobat ke RS provinsi. Saya tidak tahu dia benar-benar suka belajar sebegitu keras, atau ada tekanan lain yang dia punya. Meskipun tekanan ekspektasi lingkungan terhadapnya pasti sudah sangat amat berat.
Semester lalu, dia mengeluhkan nilainya turun hanya di salah satu guru yang sempat beradu argumen dengan orang tua kami. Dan saya meyakinkan dia kalau tidak apa ya nilainya begitu, karena kita memang sering libur, salah satu resiko yang harus kita temuin. Toh, segini aja dengan situasi kesehatannya yang begitu adalah mukjizat bagi orang lain.
Saya berasumsi nilai yang turun tipis itu, karena dia telat memberikan tugas. Dimana itu juga bukan kelalaian si bungsu terhadap tugasnya. Hari itu dia harus ke RS dan tugasnya sudah dititipkan ke temannya, hanya waktu itu guru ini bilangnya nanti saja. Itu asumsi saya.
Lalu hari ini, setibanya dia di kosan untuk jadwal berobat besok, dia tak lama rehat lalu langsung membuka buku. Hal yang sering sekali aku protes. Tak lama terbuka cerita, kalau dia merasa tertekan dengan satu dua orang guru di sekolahnya.
Dia bercerita kalo satu guru ini, dirasa sering mengabaikan dia dalam proses belajarnya. Tempo hari, ah bukan tempo hari, semester lalu, saya melihat satu surat murid di sekolah itu yang bercerita tentang bagaimana si guru ini mengajar di kelasnya. Yang saya bisa yakinkan, adik saya tidak akan berani melakukan itu.
Lalu sempat jadi bahan obrolan di rapat guru, malah si guru yang saya anggap tidak becus ini, makin mengabaikan adik saya di kelas.
Beberapa kali tiba-tiba adik saya disuruh memahami materi pelajarannya, padahal dia sama sekali belum memaparkan materi itu di sekolah. Meskipun orang tua kami memang jauh lebih kompeten dalam pelajaran yang dia ajar.
Tapi ya dia digaji untuk mengajari adik saya di sekolah itu loh, kita sampingkan dulu siapa yang mengeluarkan gaji. Tapi bukankah itu tugas dia di sekolah? Memberikan materi?
Di surat kaleng yang alhamdulillahnya saya juga pernah baca ini, murid itu bilang kalau tidak dapat memahami materi yang dipaparkan. Guru yang saya maksud ini juga suka telat masuk dan keluar lebih awal.
Gini, kalau kamu jadi guru HONORER atau bahkan PNS sekalipun, kalau hanya untuk bekerja tanpa menyesuaikan dengan keharusan yang diemban, yok bisa yok berhenti sekarang juga yok.
Menjadi guru bukan semata-mata kalian datang ke sekolah, tapi memberikan materi dan contoh baik. Kalau anda punya masalah lalu melampiaskan ke murid sih saya rasa anda tidak pantas untuk di guguh dan di tiru selayaknya maksud menjadi guru. Kalau disiplinnya kena, memaparkan materi malah bikin murid frustasi sih mending mikir-mikir lagi.
Dengan surat kaleng murid tentangnya itu, gaya blagunya saat berbaju coklat yang beberapa kali saya temui, dan sikapnya terhadap adik saya, saya rasa penilaian buruk pantas disematkan untuk kinerjanya. Dan harusnya ditinjau ulang untuk dia mengajar di salah satu sekolah bagus di sana itu.
Ouh, pasti ada yang nanya, kenapa tidak diprotes langsung? Apa bisa? Saya cuma kakak, bukan orang tua. Orang tua saya masih ada yang akan mengurusi langsung ke sekolah. Yang saya punya cuma cerita ini, keluhan adik saya. Air mata dia yang merasa tertekan saat bercerita. Kepandaian saya hanya mengisahkannya.
Kalau ada yang tidak berkenan dengan tulisan ini, boleh yuk ngobrol sama saya. Sebab ini saya tulis atas kemauan saya sendiri tanpa meminta izin siapa-siapa. DAN TIDAK AKAN SAYA TURUNKAN SAMA SEKALI DARI BLOG SAYA!
Kalau ada yang ingin tahu siapa orang yang saya maksud, boleh yuk kita ngobrol di IG atau FB saya. Saya akan tautkan sekaligus di tulisan ini.
Btw, kayaknya ini bukan satu guru deh jak, ada dua kasus dari dua guru yang deepshit bgt itu 😆🤣
BalasHapusHahha, nasib baik yg kdg js seorg guru tp kdg tak ada niat atau usaha memperbaiki diri di bidang apapun krn guru adalah ortu di sklh dimana hrs tau jg sikon siswa
BalasHapusSayang sekali beberapa guru yang saya tahu di tempat itu, sangat tak cocok jadi orang-orang lingkup pendidikan. Sebab satu dua hal yang harusnya jadi standar menjadi guru diabaikan begitu saja. Wkwkwkw.
Hapus