Saat Pawang Hujan Tampil di Publik #MyOpinion

Wuih, rame sekali ya Mbak Rara dengan aksi pawang hujannya. Mendunia nih salah satu bagian tradisi lama Indonesia. Salah? Tidak kok, hanya sebahagian orang Indonesia ada yang merasa ini malu. Sebagian lagi malah bangga dengan kearifan lokal ini. Kenapa begitu ya? Trus kita harus gimana? 



Nah, seperti kita tahu pawang hujan itu adalah bagian dari kearifan lokal kita di Indonesia, Minang pun juga punya pawang hujan. Aku pernah bertemu langsung dan melihatnya langsung. Bukan langsung sih, lebih ke ngintip. Sebab pawangnya minta ruangan yang tidak banyak terpakai dan seperti nongkrong biasa saja karena kebetulan kenalan keluarga. 


Setahuku pawang ya bekerjanya diam-diam saja tanpa diketahui banyak orang. Lalu dengan adegan pawang hujan yang meramaikan jagat media sosial dan pemberitaan kemarin, timbul nih pro dan kontra yang tajam satu sama lain. 


Yang bilang pro menyebut ini sebagai kearifan lokal yang mendunia, yang kontra menyebutnya sebagai hal yang memalukan. Kalau menurutku pribadi, ini bukan memalukan. Hanya saja dengan munculnya Mbak Rara di sepanjang sirkuit Mandalika itu mengambil taruhan yang teramat besar. 


Sebab kalau dia berhasil ya bersyukur kayak sekarang, semua orang memuji. Bahkan akun resmi Moto GP pun juga menyebutkan 'it worked'. Yaa  untung saja antara awan dan Mbak Rara bisa seiya. 



Hanya saja jika kemungkinan gagal yang terjadi kemarin, dipastikan sekali rasa malu bukan saja si Mbak Rara itu saja. Tetapi seluruh Indonesians. Kurasa ketakutan akan gagal itu yang bikin respon orang-orang yang bilang ini memalukan. 


Toh yang menyebutkan bangga karena kearifan lokal mendunia itu juga muncul setelah taruhan selesai kok. Kalau semisalnya pawangnya gagal pasti juga ikutan malu itu mereka. Iya ga sih? Harusnya sih iya ya! 


Terlepas dari itu semua, semoga pawang hujan ini menjadi gerbang utama untuk mengenalkan lebih banyak kearifan lokal yang memang patut dipamerkan ke mata dunia. 


Eh tetapi dengan munculnya Mbak Rara ini, harusnya perdukunan bisa kembali dipercaya dan berlaku  ga sih? Ada rencana nih soalnya. Yhaaaa 🤣😜

Komentar

  1. Nah ini yang agak mengagetkan dari dunia permistikan. Kok bisa ritual dilakukan secara terbuka?
    Tapi ya sudahlah ya.
    Semua atas izin yang kuasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan ternyata sudah menjadi bagian dari rencana untuk mempertontonkan itu.

      Hapus
  2. Pawang hujan itu ya harusnya bisa cegah hujan. Nyatanya enggak. Jadi ya nggak bisa disebut berhasil juga, uni 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lah, tapi kabarnya dari akun MotoGP it worked katanya. Hahaha.

      Hapus
  3. Hahaha saya mah santai aja Uni. Yang cukup aneh setau kearifan lokal saya (Minang) biasanya pawang hujan gak tamoil di depan kamera alias kerja diem-diem seperti yang Uni sebut di atas.

    Kalau Mba Rara ini kerja di deoan kamera, ya maklumi aja, tontonan gratis saat istirahat daripada iklan mulu. Iya gak? Hehe kembali kepribadi masing-masing Uni. Menerima boleh, gak menerima juga ga salah. Yang salah adalah menghujat. Iya toh?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener, mana hujatannya pedes-pedes bgt pulak. Hahaha.

      Hapus
  4. FYP tiktok mba rara semua. Booking buat nikahan, ja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh, beratt nih 😩 pengen sih pake Mbak Rara buat nikahan, cuma kan nikahannya aja ntah kapan akan terjadi, nanti Mbak Rara bingung :")

      Hapus

Posting Komentar