Sebuah Kisah dari Nama

Tempo hari mendapat sebuah pertanyaan yang sebelumnya juga beberapa kali aku terima dari teman-teman tentang kenapa semua platformku diberi username yang sama. Mulai dari blog ini, hampir di semua platform akan mengarahkan kalian ke profil pribadiku ketika kalian mengetik Uni Rere Reza di pencarian. Bahkan saat kalian ketik di kolom pencarian google akan otomatis mengarahkan kepadaku, bukan orang lain. 

Aku sempat beberapa kali menggunakan nama yang menurutku alay, bahkan sekali waktu aku meniru username idolaku saat itu, duniaReza. Sempat lama dengan username itu hingga akhirnya bertransformasi menjadi Uni Rere Reza. Itu setelah aku mendengar diskusi tentang betapa pentingnya personal branding. Aku lupa tepatnya siapa yang memberikan ilmu tentang hal itu, yang jelas ya itu-itu juga kok. 

Sebagaimana layaknya nama, Uni Rere Reza tentu juga punya cerita dibaliknya. Cukup deep dan membawa-bawa kisah dengan sesemantan, syukurnya aku masih berbaik-baik saja dengan beliau. Jadi cukup santai ya kita untuk bercerita tentang tiga suku kata ini. 

Baiklah, Uni itu tentu saja berdasarkan darahku yang 100% totok orang Minang. Ayah dari Bungus, Ibuk dari Surian. Ayah caniago mandaliko, Ibuk koto. Dari kecil aku sudah dibiasakan dipanggil Uni sebab aku punya adik. Dari kelahiran si anak ketiga, Uni sudah disematkan padaku oleh Ayah dan Ibu. 

Boleh narsis dong di cerita sendiri? 


Kalau Reza itu juga sudah nama dari kecil. Abangku yang memberikannya. Harusnya Rieza karena nama lengkapku Febrieza, dengan satu huruf dilesapkan menjadi Reza saja. Tidak terlalu panjang kisahnya, hanya saja fenomena pelesapan huruf dinamaku terulang pada nama si bungsu. Dari Riani menjadi Rani. 

Nah, nama Rere yang cukup unik sejarahnya. Sebab ada beberapa kisah yang akhirnya menempelkan nama itu padaku. 

Pertama, nama Rere sendiri itu menyadur nama seorang Polwan yang tahun 2008 datang ke Surian untuk kegiatan Latsitardanus. Dia waktu itu memberikan diskusi tentang nama yang asik untuk di radio. Iyap, aku dulu aktif di radio sekolah yang saat ini sudah tidak ada lagi itu. 

Dia bilang kalau di radio itu pakai nama yang bukan nama asli, singkat, dan mudah diingat. Karena namaku Reza, kuubah menjadi Rere kala itu. Sementara di zaman itu ya nama itu sekadar untuk mengudara saja. 

Saat beralih ke SMA, aku hijrah ke Cupak. Jauh ya hijrahnya. Hehe. Tapi iya, tempat baru artinya lingkungan yang baru dengan teman-teman yang baru. Di sinilah akhirnya nama Rere tertancap padaku. 

Ouh, kita gambarkan situasionalnya terlebih dahulu. Nama Rere yang sudah dipakai untuk mengudara itu, terkoneksi dengan baik pada nama seseorang  setelah itu. You know who he is. Iyes, dari yang bergengsi untuk nama mengudara, malah bertransformasi menjadi singkatan namaku dan nama sesebabang saat itu. 

Jadi dapat nama Rere, lalu putus dengan pacar saat itu, lalu menjadilah kisah cinta yang baru dengan teman baiknya di perguruan yang sama. Nah temannya itu juga berawalan 'Re'. Pokoknya YOU KNOW WHO HE IS! Hahaha. 

Oke, lanjut! 

Setelah masuk ke SMA, ada masa orientasi khusus untuk dua kelas RSBI saat itu. Selama tiga hari, tiap perkenalan dengan guru aku suka berganti nama panggilanku. Sampai satu teman namanya Dara. Dia sangat gigih untuk memastikan nama panggilanku. 

Dari pagi di depan kelas, bahkan sampai siang saat istirahat ketiga. Kami karena kelas yang beda, punya empat kali jadwal istirahat. Soalnya kelasnya sampai pukul 6 sore. 

Ingat betul moment-moment si Dara ini menanyakan nama itu. Iya, dia segajelas itu. Semoga dia ingat. Sebab, karena waktu itu aku yang bucin dengan sesebabang itu, aku banyak menjawab Rere dibanding Reza. 

Makanya di kelas nama Rere akhirnya sangat melekat. Dari kelas, lalu satu sekolah akhirnya memanggilku Rere. Terlebih Rere juga lebih feminin dibanding Reza, jadi yasudah. 

Ya gitu, kalo kalian baca sampai habis, terima kasih ya! Silakan diikuti semua media sosialku dengan u-name sebagus Uni Rere Reza. 

Komentar

Posting Komentar