Perjalanan Super Mepet - Part 2 : Silly-thing (Dec'22)

Mari kita lanjutkan cerita tentang perjalanan Bali tempo hari. Kan lucu ya, kalo bikin judulnya ada Part 1, tapi tidak ada lanjutannya. So ayok, gaskeun!

Setiap perjalanan pasti selalu ada silly-think yang akan diingat, sekalipun memalukan. Tentu saja tidak aku yang membuat cerita-cerita ini ada, tapi aku sangat amat ingin menceritakannya. Semoga saja ini akan menghibur, tetapi bagiku ini lebih ke arah menyebalkan.

Kejadian Pantai Pandawa

Ini sih yang ikut pasti akan sangat mengingatnya. Bukan yang kita pertama kali ke Pandawa, itu memalukan juga kalau dipikir-pikir. Setelah seharian girang lalu tiba-tiba menangis sejadi-jadinya, cuma ya wajar kalau itu. Bukan itu.

Jadi ke Pandawa diagendakan kembali di waktu siang, kalau tidak salah. Jadi makan siang yang awalnya dijadwalkan di Bedugul, pindah ke Pandawa. Itu foto-foto bagus yang aku cakep sekali dengan Om-omku, itu diambil di hari itu. Tentu saja aku tidak ke arah bibir pantai karena aku tidak mau ke pantai tanpa nyemplung. Sesedih itu ke Bali tidak ada jadwal yang lama di pantai, sejam dua jam tentu bisa demam kita ya kan? Heuheu.

Silly-thing di sini terjadi saat jadwal berangkat ke destinasi selanjutnya. Aku, Ibuk, dan banyak anggota trip lain memutuskan untuk tidak juga ke bibir pantai dengan alasan yang hampir seragam: panas terik. Lagian mereka juga baru singgah ke Melasti. Saat sudah dikode guide untuk naik bis kami langsung bergegas, sebab panas sekali Pandawa siang itu.

Satu di antara anggota trip menghilang. Si paling top super model tapi ya gitu deh, aku bahkan bingung untuk mendeskripsikannya seperti apa. Dia menghilang dari rombongan yang memang tidak banyak yang mau membersamai dia, kembali lagi aku sulit menjabarkan alasannya. Yang jelas di saat semua orang sudah di bis, dia belum, bahkan tidak bisa dihubungi sama sekali.

Alhasil, Bli Wayan turun dan mencari dia di area pantai dan juga meminta pihak informasi untuk kembali menginformasikan terkait keberangkatan kami. Jangan tanya ricuhnya isi bis menunggu satu orang ini.

Tentu saja si Bli guide ini berhasil mendapatkan makhluk yang hilang tadi. Dia sudah jalan buru-buru seperti guide pada umumnya, haha. Hanya saja makhluk yang ada di belakangnya, muncul dengan kain Bali, kaca mata yang gonjreng sekali berukuran besar, sepatu yang sudah basah, dan tongkat selfi yang aduh aduh aduh pokoknya. Aku sulit mendeskripsikannya, tapi singkatnya itu outfit noraklah pokoknya.

Weits, tidak sampai sana dong. Saat semua orang sudah mendengus karena lamanya waktu untuk mencari dia. Apalagi dia tidak mengangkat telfon dari semua orang yang berusaha menghubungi dia. Sumpah ya, sulit mendeskripsikan kejadiannya, tapi aku sangat amat ingin membagikannya.

Dia menarik ujung kain yang menjulur sehingga keseluruhan kain itu ditiup angin pandawa yang membuat kain itu seolah-olah jubah. Berjalan yang dianggun-anggunkan. Pelan, sambil sesekali selfie.

Semua orang jelas rishi dengan kejadian itu. Termasuk sopir bis yang geleng-geleng kepala saking herannya dengan makhluk ini. Memalukan sekali. Menyebalkan juga. Tapi sisi lainku mengatakan: ini orang kasian sekali ya, apa yang sudah dia lewati sampai kok ya begini sekali dia menjadi manusia. Cuma ya tetap, aku kesal saja tiap bertemu orang ini. Kalau bahas ini orang ada banyak lagi yang membuat kesal, tapi yang bikin malu sih cerita ini sih.

Tragedi Kereta Api

Ini sih aku terlibat dekat dengan TKP. Hahaha.

Aku si paling ngide untuk memisahkan diri dari rombongan diikuti Ibuk, Buk Susi, dan The One and Only Buk Gus. Tiga orang ibuk-ibuk berduit tapi kurang piknik ini, kuajak untuk memisahkan diri di Jakarta. Meskipun caraku menikmati perjalanan berbeda sekali dari emak-emak yang sana foto sini foto itu, ya sudah pasrah saja.

Awalnya itu aku punya niat untuk berbelok ke Pulogebang baru bermain entah kemana, lalu nanti baru menyusul bis yang parkir dekat Pasar Tanah Abang. Cuma karena Buk Susi dan Buk Gus membersamai aku dan Ibuk, rute terpaksa diarahkan ke Kota Tua saja. Di pikiranku, museum kan tempat bagus untuk belajar ya kan. Apalagi di trip sebelumnya, mereka tidak bisa masuk ke museum itu.

Dari SMPN 1 Cibinong tempat kami menginap itu, kami ke stasiun. Aku sendiri memang menyukai kereta di mamahkota ini, kecuali di jam berangkat atau pulang kerja. Kalau hari libur begitu, jelas kereta akan lebih lega. Aku dan Ibuk memang suka naik kereta, beberapa kali kami juga ke Pariaman naik kereta cuma demi nasi sala.

Naiklah kami dari Stasiun Cibinong dengan tujuan Stasiun Kota. Aman, lancar jaya sampai di stasiun mana (kebetulan aku lupa) kereta yang kami tumpangi berhenti untuk katanya penyesuaian jalur. Sementara di jalur yang berbeda ada kereta dengan tujuan yang sama bahkan akan diberangkatkan lebih awal dibanding kereta kami. Disarankan pindah oleh kondektur.

Turunlah kami. Di bagian inilah silly-thing yang ingin kutertawakan seumur hidupku. Aku yang sudah akrab dengan habit kereta yang harus sat set sat set, langsung lurus naik ke kereta sebelah tadi itu. Ibuk ada selangkah di depanku, sementara ada Bu Gus dan Bu Susi yang ke arah pintu kereta yang lain. Mereka berdua celingak-celinguk memastikan ini keretanya kepadaku dengan bolak-balik melihatku.

Dengan buru-buru aku menaiki kereta di pintu yang berbeda, sementara Ibukku ngide untuk pindah ke pintu kereta tempat Bu Gus dan Bu Susi yang masih ragu masuki itu. Tiba-tiba pintu kereta tertutup dan mereka bertiga tertinggal sementara aku sudah ada di kereta yang telah berangsur meninggalkan stasiun.

Tentu saja ini membuatku panik. Tiga orang emak-emak yang aku kawal tertinggal dan ini perdana untuk mereka menaiki kereta di mamahkota. Telfonku sempat tidak terangkat, paniknya tiba-tiba kombo plus-plus. Sampai telfonku diangkat bersyukurnya mereka sudah kembali menaiki kereta yang kami naiki dari Cibinong tadi.

Alhasil aku sampai sepuluh menit lebih awal di stasiun kota dan memaksaku membeli makanan kecil untuk menunda lapar. Tidak terlalu lama sampai akhirnya Ibuk dan teman-temannya sampai akhirnya aku bisa makan dengan benar. Bakso depan BNI Kota enak cuy!

Meskipun kali ini batal lagi untuk masuk museum wayang karena emak-emak yang bosan dengan kunjungan museum. HAHAHA, salah sih ya itu. Cuma ya sudah, perjalanan selanjutnya kita akan sempatkan ke banyak tempat yang kita inginkan. Masukkan ke dalam list saja dulu.

So, ya udah. Itu dulu. Next disambung, kalau ingat.

Komentar

Posting Komentar