Personal Impression of Bandar Lampung

Aku harus menuliskan terpisah bagaimana pendapatku tentang Lampung, khususnya Kota Bandar Lampung. Sebab ini adalah pertama kalinya aku sempat singgah, bukan hanya lewat begitu saja. Sebelumnya beberapa kali lewat di provinsi ini, sekadar lewat. 

Dengan segala ide dadakan yang sudah diceritakan sebelumnya, inilah impresi pertamaku singgah di Kota Bandar Lampung. 

Kota yang Ramai

Setelah menempuh jalanan berjam-jam dan riweh, aku baru memperhatikan kota ini saat sudah gelap. Saat mencari makan malam di malam takbiran, aku terkesan dengan ramainya bundaran dekat Alfurqon. 

Ada banyak sekali angkringan di sepanjang trotoar bundaran. Entah itu setiap malam akhir pekan atau kebetulan malam takbiran, semua angkringan memang penuh sekali. 

Dan dari banyaknya toko-toko, terasa ramainya kota ini di hari-hari biasa. Sepanjang perjalananku di sana, banyak sekali tempat tongkrongan yang sepertinya menyenangkan untuk sambilan buka laptop. 

Meskipun keramaiannya juga sepertinya lekas bubar. Sebab saat hari aku nongkrong dengan Eno, Vonny, dan Heri, pukul 10 malam sudah hening sepi. 

Sudut-sudut Estetik 

Aku tidak tahu atau sebut saja malas ngulik peraturan pemerintahan terkait vandalisme. Sebab sepanjang jalanan yang aku lewatin tidak begitu banyak vandalisme. Malahan jembatan-jembatan layangnya dihias dengan lukisan-lukisan motif khas Lampung. 

Trotoar juga berwarna-warni, meskipun tentu saja ada rusak-rusaknya efek dipake. Dinding-dinding juga dihiasi lukisan motif lokal. Di pusat-pusat keramaian, ada banyak sekali lampu yang menghiasi kota. 

Selain itu kehadiran beberapa tugu juga menunjukkan keindahan sekaligus mempertebal identitas kota. 

Untuk pejalan kaki atau bahkan pelari harusnya bisa nyaman dan menyenangkan ya. Sebab bisa sekalian berfoto-foto yang estetik ya. 

Dinas kebudayaannya Sangar

Jangan berharap aku ngulik ya untuk bagian ini, hanya sepenglihatanku sebagai orang awam+asing yang kebetulan singgah.

Hampir semua bangunan meletakkan Siger Lampung di bangunannya. Entah itu diletakkan di atas brand, di atas pintu masuk, bahkan di atas dinding bangunan. Hal yang tidak mungkin terjadi kalau pemerintahan kota tidak memberikan intruksi untuk melakukan hal tersebut. 

Hal yang keren sekali yang bisa kita lihat. Sekalipun penataan kotanya terasa agak-agak berantakan ya, hal tersebut harusnya ditiru banyak kota lainnya untuk memberikan branding kebudayaan yang melekat. 

Dari obrolanku dengan seorang teman, hal tersebut dilakukan untuk re-branding kota. Kalau dulu diidentikkan dengan gajah, tapi sekarang mereka ingin punya branding baru. Aku tidak paham, yang jelas logo Gramedia di Lampung lucu banget. Cantik. 

Suprisingly Moment Salat Ied 

Namanya juga perdana salat ied di negeri asing setelah sekian lama. Kalau Padang dan Palembang kan hitungannya sudah terlalu terbiasa dengan suasananya. Sementara Lampung perdana singgah dan perdana sekali merasakan salat di sana bahkan salat ied pula. 

Aku sedikit cerita juga kalau masjid agung kota tidak seramai yang aku bayangkan. Meskipun di sisi lain keren sekali semua orang memilih masjid yang terdekat saja untuk salat. Yang artinya masyarakatnya memakmurkan semua masjid. 

Agak sedikit aneh saat salat dan setelah salat. Tepat di sampingku, dia ke masjid tetapi tidak ikut salat ied. Hanya foto-foto saja dan duduk menunggu salat selesai. Agak menggangguku karena merasa saf-ku terputus oleh beliau ini. 

Aku punya kesan tidak sedikit baik setelah salat ied kemarin. Setahuku, ini silakan dikoreksi jika aku salah, ceramah yang dilakukan khatib pada salat ied itu terhitung rakaat salat. Dimana kita tidak boleh untuk melakukan aktifitas lain selain menyimak sampai nantinya selesai berdoa. Tapi tidak dengan sebagian besar jamaah salat yang ada dekat-dekat dengan kami. 

Baru saja selesai salam. Sudah mulai kasak-kusuk membuka mukenah dan memperbaiki dandanannya masing-masing. Riuh rendah bisik-bisik berpacu dengan khotbah yang terdengar dari pengeras suara. 

Bahkan ada yang langsung pergi begitu saja. Mungkin mereka terburu-buru untuk urusan selanjutnya. Jadi tidak bisa menyelesaikan rangkaian salat ied. 

Bersyukurnya tidak sedikit juga yang khusyuk menanti khotbah dan doa selesai tuntas. Kemudian bersalam-salaman. Dan bersantai untuk berfoto keluarga di masjid. Begitu juga aku, Abang, Ibuk, dan Rani. 

Eh tapi ada satu lagi nih, selama salat ied yang dua rakaat itu, ada satu ibu dengan satu anak yang melintas begitu saja di sajadah milikku. Bukan pinggiran sajadah, tapi mele.wati sajadah dari pojok kanan atas ke bagian tengah kiri sajadah. Menginjak area yang akan menjadi tempat sujudku nantinya. Sangat tidak sopan sekali.

Begitu saja sudah cerita kita tentang perjalanan kita di Kota Bandar Lampung. Semoga lain kali kita singgah di banyak kota lagi dengan cerita menyenangkan lainnya. 

Kalau ada yang bertanya, kenapa tidak ada foto-fotonya? Karena emang aku terlewatkan saja untuk memotret hal-hal yang menarik perhatianku ini. Lebih bagus kalau kalian yang datang ke sana, ya kan? 

Komentar