Sesekali kita perlu juga menjadi kaum sepal-sepil seperti di twitter yang seperti hutan rimba, ramai, bebas, kejam, dan jahat. Ya meskipun sayangnya ada banyak aspek yang ternyata kita harus jaga demi kemaslahatan satu sama lain. Belum hilang dari ingatan betapa kesalnya aku mengekor dengan salah satu pemilik akun yang lumayan diperhitungkan.
Biar hawanya seperti di Gadis Kretek universe.
Ini perghibahan yang ditunggu oleh beberapa orang terdekatku yang tempo hari mengikuti status suaraku di whatsapp dengan kesabarannya yang setipis tissue. Moment yang membuatku sangat amat kesal, tetapi sudah kehabisan tenaga untuk menulis. Sekarang saatnya emosi itu merasuki tulisanku.
Jadi di hari itu aku ke suatu tempat di suatu kota. Awal kedatanganku di hari yang sebenarnya sudah sangat lelah itu adalah ikut meramaikan booth salah satu brand. Selepas acara selesai barulah drama yang ingin kuceritakan mengalir.
Aku bisa menjanjikan kepada pembacaku untuk emosi yang sama dengan apa yang masih kupendam terhadap suatu tempat ini. Aku bertahan di suatu tempat ini karena memang aku dengan penyelenggara acara dan pemandu acara punya sedikit kedekatanlah, aku juga tidak percaya diri untuk self-claim kami berteman dekat. Pemilik akun yang tadi kumention juga adalah bagian penting acara.
Di hari yang sama, pemilik akun ini juga diundang oleh management suatu tempat ini untuk acara yang diakui sebagai ‘re-opening’ mereka yang sempat menjadi korban koped. Tentu saja dengan status undangan ada ekspektasi yang tidak perlu tinggi, tetapi sih seharusnya sebuah acara ada standarnya tersendiri.
Kira-kira apa yang terbayang oleh kalian kalau suatu tempat (hitunglah café, restoran, atau rooftop sebuah hotel)? Acara seperti apa yang mungkin terbayang oleh kalian? Sini aku patahkan satu per satu.
Tidak Ada Undangan
Bukan berarti sepenuhnya tidak ada, tetapi ada akun temanku yang memang berpengaruh dan diundang di sana. Belakangan aku tahunya undangan itu hanya ditujukan kepada dia satu-satunya. Kami yang sudah di sana dari sore, tentu tahu siapa saja yang mungkin menjadi undangan acara suatu tempat ini.
Apalagi temanya re-opening. Dimana seharusnya informasi tentang buka kembalinya suatu tempat ini diketahui oleh masyarakat seluas-luasnya. Sayangnya sepanjang kami nongkrong di dekat lift dan pindah ke meja bagian tengah dekat bar, tidak ada satupun orang yang berarti datang. Hanya ada satu pengunjung yang kebetulan mendapat diskon sebagai peserta acara sebelumnya.
Yang lain? Tentu tidak ada. Bahkan sampai pukul 09.00 malam (kurang lebihnya) tidak ada pengunjung yang datang dengan tujuan acara tersebut.
Kelengkapan Menu dan Pelayanan
Malam yang dibunyikan oleh management suatu tempat itu sebagai acara buka kembali hanya menyediakan seorang pramusaji di bagian bar untuk melayani beberapa meja yang terisi pengunjung. Pengunjungnya ya kami-kami ini serombongan ditambah 1 keluarga kecil yang mendapat diskon peserta.
Ini adalah bagian terlucu untuk status suatu tempat ini, mengingat suatu tempat ini adalah bagian dari suatu tempat yang lain yang agak berkelas. Kertas menu hanya terbuat dari sebuah kertas sedikit tebal yang ngasal sekali. Dan untuk menulis pesanan hanya terbuat dari sebuah kertas dibagi beberapa bagian dan ditulis dengan tangan. Hampir sama persis dengan yang kita temukan di Taplau.
Ini akan sedikit panjang nih.
Dari sekian menu yang tertera di daftar menu dan hampir semua menuya tidak tersedia. Bahkan dengan jelas pramusaji menyebutkan menu yang terkait dengan ayam dan daging tidak dapat dipesan. Tentu saja dengan muka yang tidak ramah dan sudah terlalu panik.
Kami yang awalnya ingin memesan berbagai menu untuk review di media sosial malah hanya memesan 2 varian nasi goreng. Ada 2 nasi goreng spesial dan 3 nasi goreng bumbu kambing yang kami pesan. Tentu saja konfirmasi itu kami dapat setelah lebih 10 menit setelah pemesanan di awal. Dan lama setelah itu baru datang 2 nasi goreng spesial dengan topping ayam di piringnya.
Sudah mulai risih satu sama lain, sudah mulai grasa grusu, marah-marah. Pramusaji yang tadi bolak balik. Kembali dengan es kosong yang aku pesannya itu air mineral dingin. Setahuku di suatu tempat seperti itu kalau tidak ada air mineral dingin, sudah pasti air mineral dingin dengan es batu terpisah. Tetapi yang disajikan adalah es kosong.
Di moment ini kami bertanya 3 nasi goreng bumbu kambing yang kami pesan, malah pramusajinya bersikeras kalau kami belum memesan padahal kami menuliskan itu paling atas. Dia kembali ke resto dan kami kembali misuh-misuh. Tentu saja ada pesanan lain yang juga belum datang.
Karena nasi goreng spesialnya tadi salah satunya adalah pesananku, maka aku bisa mencicipinya lebih awal. Ini suatu tempat yang harusnya sedikit lebih fancy ya, tentu harusnya penyajiannya juga memang standar tempat-tempat baguslah. Sayangnya ini enggak, NASI GORENGNYA DINGIN BANGET. Seolah-olah sudah dimasak dari beberapa jam sebelumnya tanpa diletakkan di penghangat atau dihangatkan kembali.
Mendekati pukul 09.00 malam, semuanya sudah rusuh. Yang kumaksud semua adalah rombonganku semata, sebab di suatu tempat itu hanya ada kami ini saja. Salah satu tamu pemilik akun dari ibukota itu apalagi, even dia juga sebenernya wargawargi ya tetap saja malam itu statusnya tamu. Plus dia juga tamu tempat itu untuk semalam dua malam.
Semua pesanan selepas 2 nasi goreng spesial DINGIN sudah tidak jelas akan datang atau tidak. Akhirnya semua dibatalkan dan kami semua bubar. Pulang.
Management Asik Sendiri
Untuk tahu kalau bapak ini tim management yang menduduki posisi penting adalah obrolan kami dengan owner sore harinya. Apa-apa disuruh hubungi orang yang ingin kuspill ini. Sekali lagi kuingatkan kalau malam ini adalah acara buka kembali suatu tempat ini ya, yang mana si bapak management ini adalah penanggung jawabnya, seharusnya kan?
Untuk situasi, malam itu juga ada live music atau aku menyebutnya lebih ke orgen tunggal. Yang mana ketika sore, owner sudah mempersilakan kami untuk bebas bernyanyi di sana. Hanya saja ‘barabuik sanjo’ dan terpaksa pending. Tidak lama berdua orang untuk live music ini di panggil Bapak Penting ini, briefing katanya.
Di moment itu kami yang tadinya nongkrong di lift pindah ke dekat bar. Tak lama mereka kembali ke panggung dengan si Bapak Penting tadi. Awalnya hanya ada musik saja. Lama sekali sampai akhirnya vokal ikut serta. Si vokalis cewek dan Bapak Penting tadi bernyanyi dengan ya seadanya lah.
Pada seharusnya, si Bapak Penting yang merupakan bagian penting dari suatu tempat ini harusnya berbaur bersama kami terutama kakak pemilik akun yang memang dia undang. Sempat sih, sebentar saja. Teramat sebentar untuk memberikan knowledge yang harusnya dia kasih ke kakak pemillik akun. Kemudian dia naik panggung dan asik bernyanyi dengan suara seadanya ini.
Lalu moment kami mulai misuh-misuh pesanan tak kunjung datang, dia tidak peduli dan tetap bernyanyi. Sampai akhirnya satu dari kami menghampiri dia untuk komplain semuanya. Sayangnya tidak ada dari satupun sikapnya menunjukkan keberadaan kami berpengaruh, sebab aku harus bilang orang-orang yang ada di dua meja ini punya pengaruh di tempatnya masing-masing.
Alhasil dia mengiyakan semua pembatalan kami tanpa satupun ramah tamah yang berarti sebab dia juga langsung kembali ke panggung konsernya itu.
Gelas-nya Masih Baru
Wuidih, ini sih tidak boleh diabaikan begitu saja. Minuman yang kami pesan ada beberapa jus dan 2 mineral dingin yang berwujud es kosong yang kusebutkan tadi. Semua minuman itu disajikan dengan gelas-gelas yang masih memiliki stiker merk, kebayang kan kalau gelas-gelas baru? Seperti itu. Hal yang membuat aku dan yang lain berpikir keras apakah gelasnya dicuci atau tidak?
Bagaimana kebersihan gelas dan semua alat makan menjadi pertanyaan kami sambil bisik-bisik. Beruntung aku bukan pemilik perut sensitif, jadi tidak akan banyak pengaruh. Kebayang tidak kalau ada tamu yang badanya sensitif? Pasti sudah sakit perut.
Kami berpikir kalau ini hanya memanfaatkan momentum acara yang dikerjakan oleh kenalanku ini. Atau asumsiku si Bapak Penting hanya ingin karaokean dibayarin kantor. Atau mungkin juga si owner maksa tempat itu dibuka untuk dia aktif mengkampanyekan dirinya yang memang tahun depan bertarung di legislatif.
Pokoknya, aku yang sering punya tamu tidak akan pernah sama sekali merekomendasikan tempat itu untuk apapun. Tempat menginapnya tidak bagus, pelayanannya biasa aja, tempat makannya wadadidaw, lagian lokasinya emang kelewat jauh juga sih ya!
Jadi ya bodo amat udah! Oke sip, hutang pergosipanku lunas, next bahas apa ya?
Aku nggak mudeng .... detail lengkap ntar ghibah real life yang bestie
BalasHapusSiapppp Kakk..
HapusUdah² sabar..... Masukin black list aja dulu. Moga lain waktu (klo masih berdiri) dicoba lagi.
BalasHapusTerima kasih ncuuu, udah mending spend uang ke hotel mahal sekalian dr pd kayak gitu. Atau di taplau sekalian 🤪
Hapus