Meratapi Lisa dan Sarah [1000/10 untuk Like & Share-nya Gina S.Noer]

Teruntuk Mbak Gina S Noer dan semua tim yang menghadirkan film Like & Share. Pertama aku ingin meminta maaf baru ikut meramaikan film ini sekarang, sudah terlambat sekali untuk itu. Kedua aku ingin berterima kasih dengan sangat untuk film ini, banyak harapan yang harus aku siapkan mundur dari daftar saat ini. Bukan karena tidak lagi menginginkannya, namun seperti cerita Lisa dan Sarah, untuk sampai di sana ada tragedi besar yang harus sampai dalam ceritaku. Sementara apa yang aku inginkan terbagi di antara moment yang ditemukan Lisa dan Sarah. 
 

Tenang, bukan terkait kegiatan-kegiatan duniawi yang sedang terlintas di pikiran kalian yang telah menyaksikan filmnya, tetapi hal yang bagiku magis dan sensitif sekali. Mari bercerita.

Aku telah mendownload Like & Share di Netflix agar tidak ada gangguan sinyal ketika menonton. Berminggu-minggu bahkan melewati pergantian tahun yang bahkan hampir memasuki bulan keduanya, sampailah jodohku bertemu dengan Lisa dan Sarah.

Menceritakan tentang masa-masa penasaran dua anak remaja perempuan bernama Lisa dan Sarah, diiringi drama duniawi yang menyertai keduanya. Rasa ingin tahu keduanya terhadap sesuatu malah menghantarkan mereka pada posisi yang tidak menyenangkan. Lisa dengan kecanduan menonton film porno-nya, sementara Sarah terjebak dalam hubungan romantis dengan laki-laki dewasa terpaut 10 tahun dengannya. 

Berpacarannya Sarah dengan Devan ternyata dimanfaatkan oleh si laki-laki untuk dapat keuntungan seksual dan mengikat Sarah dengan ancaman foto dan video yang disimpan Devan. Konflik besar yang membawa banyak sekali sentilan kepada banyak sekali orang. Bagaimana Devan dengan keras menyatakan bahwa dia tidak akan rugi, yang selalu rugi itu perempuan. Begitu katanya setelah melakukan pelecehan secaara berulang terhadap Sarah. 

Aku tidak mau spoiler lebih banyak, hanya saja bagiku film ini padat sekali dengan banyak hal. Isu sosial yang diangkat oleh Gina saja membuatku menangis berulang kali. Betapa beratnya menjadi perempuan yang tidak boleh memiliki rasa ingin tahu, tabu membicarakan hal-hal sensual, relasi keluarga, dan banyak hal lainnya yang membuatku menagis sejadi-jadinya.  

Ada banyak kesepianku yang terpanggil di film ini. Ketiadaan Ayah, berjaraknya aku dan Ibu yang aku yakin sama-sama menyimpan rahasia, dan yang paling menyentuh perasaan terdalamku adalah bagaimana problematikanya Sarah dan Abangnya. Tiga inti dunia yang bagiku akan selalu memancing air mata.

Dari awal film, aku sudah aduh aku pengen punya sahabat seperti itu. Tentu ada, hanya saja ada sentimeter yang melelahkan untuk dihitung. Secanggihnya teknologi, tidak bisa mengisi kehadiran seseorang dalam hidup seseorang lainnya. Pengen seterbuka itu bercerita dengan siblings yang sejak lahir sudah mengawasi kita. Dan lain-lain yang makin lama makin membuat aku menangis dan setengah terakhir film sesegukan berusaha tidak bersuara sebab sudah tengah malam.

Tentu aku ingin saling jujur tentang apa yang aku sudah lewati, apa yang aku tidak mau, apa yang aku inginkan sebenarnya. Seperti Lisa di pertengkaran terakhir dengan Mamanya. Tetapi aku tidak mau kesepian ini, membuatku seperti Lisa. 

Tentu aku mau, sangat amat mau, mendengar kata maaf dari Abangku satu-satunya. Sebab dia memang berusaha yang terbaik untuk mencukupkanku, tapi kadang dia lupa aku butuh pelukan Ayah yang hilang selamanya. Tetapi aku tidak ingin tragedi yang dialami oleh Sarah. 

Ada bagian yang memang hampir sama dengan apa yang aku alami, yang tentu traumanya menjalar dalam darahku. Yang membuatku takut bukan pada siapa-siapa, tapi pada diriku sendiri. Andai aku mampu membaginya pada orang lain. Tapi bahkan pada Abangku saja aku tidak berani menceritakannya.

Dengan pasti, posisi perempuan yang ingin diangkat setinggi-tingginya oleh Mbak Gina di film ini membuat air mata tidak berhenti bahkan sampai hampir satu jam setelah filmnya habis; selama draft ini dibuat.

Hormat setinggi-tingginya Mbak Gina! Aku banyak menampar diriku agar jauh lebih berani terhadap dunia, bahkan terhadap diriku sendiri. Terima kasih untuk karya ini.

Semoga, film ini berdampak untuk kita perempuan. Untuk anak-anak perempuan. Bukan laki-laki yang ingin menjadi perempuan ya, tetapi PEREMPUAN!



Komentar