My Forever Favorite Books - Tiga Buku Paling Favoritku

Diingat-ingat, aku memang sudah menyukai buku/bacaan itu sejak kecil. Bukan pembaca ulung yang bisa menuntaskan beberapa buku dalam waktu singkat, tapi selalu senang membeli buku/bacaan. Aku ingat betul, hampir setiap Selasa aku singgah ke lapak buku loakan untuk melirik majalah Bobo edisi lama dan sudah dibundel. Harganya lima ribu dan waktu itu merasa paling sangat kaya karena dalam pikiranku, membaca itu kebiasaan orang kaya.

Entah pikiran dari mana. 

sc: pinterest

Kemudian aku di kelas lima sekolah dasar, pernah ngasal untuk nyeletuk akan menjadi seorang penulis di suatu hari. Meskipun setelah melewati ulang tahun 29 tahun, belum ada satupun buku tunggal yang berhasil aku tuntaskan sama sekali.

Tapi kalian harus percaya aku aku punya banyak sekali koleksi novel, tidak sebanyak koleksi para pembaca ulung, cuma ya itu; BANYAK.

Sesekali ada saja yang bertanya, apa buku favorit atau yang harus dibaca versiku. Dan inilah tiga buku yang selamanya akan selalu aku sebutkan ke siapapun yang bertanya tentang tiga buku favoritku. Ingat ya, favoritku.

Natisha : Persembahan Terakhir (Khrisna Pabichara)

Ini adalah novel paling romantis menurutku. Paling bikin klepek-klepek meskipun dibalut dengan sedikit mistis, serem dikit ga ngaruh! 

Menceritakan tentang perjuangan Daeng Tutu menyelamatkan Natisha yang dijadikan satu dari empat persembahan ritual yang dilakukan oleh Daeng Raka. Natisha yang diculik pada H-1 pernikahannya dengan Tutu jadi memoles perasaan gemas-gemas marah, takut, dan lain-lain.

Terlebih ada 4 perempuan yang dijadikan tumbal untuk ritual yang dilakukan Daeng Raka ini, hanya Natisha yang bisa diselamatkan. Itupun juga genting sekali.

Padahal beli bukunya juga asal comot kala itu di Sari Anggrek, tapi aku malah jatuh cinta dengan karya Daeng Khrisna dibuatnya. Selanjutnya aku malah beli buku puisi beliau, dimana salah satu puisinya juga dilagukan oleh idolaku, Anji Manji.

Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam (Dian Purnomo)

Nah, ini. Buku paling menguras energi sekali, bahkan bukunya sendiri punya kode ‘trigger warning’ akibat muatan ceritanya yang memang secara gamblang digambarkan detail oleh Dian Purnomo.

Novel ini menceritakan perlawanan seorang perempuan muda bernama Magi Diela; korban dari penculikan dan perkosaan ditambah lagi dia akan dinikahkan dengan si pelaku yang telah dibenci Magi sejak dia kecil.

Menampilkan konflik budaya dan dibumbui oleh kekuatan patriarki yang menyudutkan posisi perempuan, terutama Magi Diela yang menjadi korban penculikan itu sendiri. Dari usaha bunuh diri, kabur dari pulau Sumba, hingga akhirnya mengagendakan balas dendam yang memuaskan namun tragis.

Kehadiran Dangu Toda yang memiliki rasa terpendam juga membuat campur aduk perasaan kita pembaca. Kalian harus baca sih menurutku!

Lelaki Harimau (Eka Kurniawan)

Percayalah ini novel pertama yang berhasil aku muntah-muntah di tengah malam. Kenapa? Karena penceritaan Mas Eka yang langsung tergambar dalam kepala sejelas-jelasnya, hipnotisnya teramat sangat kuat. Layaknya menonton film, gambaran adegan berbahaya di novel ini benar-benar seolah tampak di depan mata. 

Inilah novel yang mengembalikan kemauan membacaku setelah lumayan waktu habis tanpa membaca kecuali terpaksa. Meskipun buku Lelaki Harimau ini juga terpaksa membelinya untuk kebutuhan mata kuliah kala itu. 

Hal yang membuat aku jatuh cinta pada buku ini karena bagaimana kejadian yang dialami Margio dengan Harimau itu bagiku terasa dekat sekali. Teman-teman dari Sumatra bagian tengah, seperti Minangkabau dan Melayu Jambi pasti paham bagaimana harimau berkaitan dengan kebudayaan masyarakat kita.

Selepas terpikat penceritaan Eka Kurniawan di novel ini, aku memburu karyanya yang lain ke toko buku. Berkenalan dengan Cantik Itu Luka, sampai dilelahkan mikir dalam novel berjudul O. Berlabuh temu akhirnya aku dengan Mas Eka pada 2024 di event MnG yang diadakan oleh Gramedia.

 

Selamanya, tiga buku itu akan selalu aku sebutkan kalau ditanya apa buku favoritku. Tapi begitulah aku jatuh cinta pada Daeng Tutu, Magi Diela, dan Margio, terlebih Daeng Tutu ya! Its my dream, Daeng, its my dream. WKWKWKWK

 

Komentar