KBA Talang Babungo (August'03, 2025)

Beberapa waktu lalu menuju siang, aku menggumam lagu Kla Project dengan sedikit mengganti liriknya; pulang ke kampungku, ada setangkup haru dalam rindu; di dalam minibus yang kunaiki memasuki kawasan Talang Babungo, Kab.Solok. Pegunungan, sungai, dan sawah disiram hangat Cahaya matahari. Cerah sekali hari itu, seperti hatiku hari itu.

 
Blogger Sumbar di KBA Tabek, Talang Babungo 

Talang Babungo bagiku bukan hanya daerah biasa, dia memori indah masa kecil yang kusimpan baik. Kerupuk yang dimasak dengan pasir panas oleh Nenek Buyutku serasa masih sangat dirindukan setelah berpuluh tahun berpulang. Sejuk air sungai di belakang rumah adik dari Kakekku pun masih bisa kubayangkan rasanya. Ampiang dan kareh-kareh, dua hal yang tidak akan tertinggal kami bawa pulang ke rumah jika ke Talang Babungo.

Kali ini menyambangi Talang Babungo bukan untuk membayar temu dengan relative-ku di sana, aku bersama blogger serta wartawan menyambangi spesifik Kampung Berseri Astra (KBA) Tabek, Talang Babungo.

Menabung memori baik dengan melihat kerja sama masyarakat yang tidak semua kampung bisa seperti itu, sampai menarik perhatian Astra Internasional dan memilih Tabek untuk dijadikan KBA yang indah, asri, dan menyenangkan. Mari kuceritakan ingatan manisku seharian di KBA Tabek, Talang Babungo.

Menghancurkan Stigma Lama 

Bapak Kasri, bercerita kalau dulu ada masanya masyarakat Tabek sangat merasa dibelakangi. Nagari yang jauh dari jangkauan kemajuan bahkan pendidikan, sampai satu waktu beberapa dari mereka di kala muda berjuang mencari cara untuk mendapatkan pendidikan yang layak, menyelesaikan pendidikan dengan baik, dan membawa pendidikan baik itu ke kampung halamannya. 

Dengan nada penuh rasa bangga, Bapak Kasri dalam sambutannya mengatakan, “sekarang orang-orang di luar Nagari Tabek mau menyekolahkan anak-anaknya ke sini, dimana sekolah dasar yang sudah mengajarkan bahasa Jepang?” 

Aku dibuat iri ketika Bapak Kasri menyambung sambutannya dengan mengatakan muda-mudi di Tabek banyak mendapat beasiswa dalam & luar negeri. Dalam Negeri. Luar Negeri. Di saat-saat aku sedang mulai iseng membahas ide-ide lanjut sekolah di kepalaku. 

Rumah Pintar - Pusat Literasi, Diskusi, & Pendidikan Luar Sekolah 

Sampai di Talang Babungo kami turun di depan sebuah bangunan yang dibangun bersama, semua masyarakat Tabek ikut serta dalam pembangunannya. Dari memilih dan menebang ‘batang anau’ alias pohon aren, hingga mengolah dan menjadikannya bangunan yang layak dan unik untuk dimanfaatkan bersama. 

Mulai dari pendidikan non-formal untuk anak-anak hingga menjadi tempat musyawarah adat tiap suku-suku yang ada di Tabek. Berkonsep rumah panggung dengan pemandangan yang luar biasa indahnya, teman-teman yang di kota bisa jadikan Tabek untuk pilihan WFA beberapa hari. Tenang saja, mereka juga memiliki beberapa penginapan sederhana yang bisa kalian tempati. Follow instagram mereka di KBA_Tabek_Talangbabungo saja untuk rekomendasi lengkapnya. 

Bayangkan, di rumah panggung berpemandangan hamparan sawah-ladang di antara bentangan Bukit Barisan itu. Dihidang kopi gula aren yang ditanam, diolah, dan dibuatkan oleh warga nagari Tabek. Kalian harus coba pengalaman itu, tapi bagi yang bisa WFA aja ya! 

Ampiang, Rangkuman Ingatan di Lidah 

Ini bintang utamanya; Ampiang Kelapa. Aku selalu ingat, setiap pulang menengok Nenek Talang (Kakak/Adik dari orang tua Kakekku) yang tinggal menetap di Talang Babungo, kami pasti membawa Ampiang. Kemudian di hari Selasa, Ibukku akan membawakan kelapa parut untuk diaduk dengan Ampiang dan diberi gula. 

Ampiang sendiri adalah beras ketan, dan moment ke Tabek tempo hari mengenalkanku ke proses pembuatan Ampiang. Mulai dari menyangrai padi ketan, kemudian ditumbuk agar pipih, dan harus ditampi supaya kulit padinya bisa dibuang sekaligus memilih benda lainnya seperti pasir. Tantangannya adalah bagaimana menumbuk tapi tidak boleh hancur, tujuan utamanya membuat pipih saja. 

Disuguhkan pula minuman air tebu yang dikilang langsung di tempat itu. Kilang tebu yang masih menggunakan tenaga manusia. Meski bagiku tampak seperti tempat bermain yang menyenangkan. 

Di moment itu juga, aku mencecap Ampiang paling enak seumur hidupku. Gula aren olahan Tabek memang enak sekali berpadu dengan Ampiang yang baru saja dibuatkan untuk menyambut kedatangan kami. 

Biasanya Ampiang juga dihidangkan dengan Dadiah, sayangnya stok Dadiah di Tabek saat itu terbatas. Jadi aku yang belakangan ke tempat Ampiang, tidak kebagian Dadiahnya. Meskipun aku juga lebih suka ampiang, gula aren, dan kelapa saja. Defenisi makan ampiang sampai kenyang. 

Eh iya, ada Kareh-kareh yang aku bikin aku bolak-balik ke stand UMKM saat baru sampai di sekolahan tempat acara berlangsung. Dan tidak lupa ada telur gulung, jajanan SD favorit semua orang. 

Kebersihan adalah Kunci

Dalam modusku mengobrol dengan ibu-ibu yang menghidangkan Ampiang, aku mendapati cerita yang seru sekali. Ternyata mereka sering mengadakan Gotong Royong alias bersih-bersih kampung bersama. Semua orang akan ikut serta dalam bersih-bersih nagari, bukan hanya Bapak-bapak, tetapi kaum Ibu dan juga anak-anak juga keluar dari rumah untuk ikut membersihkan nagarinya. 

 

Dengan bangga dan sumringah Ibu-ibu mengatakan begini, “kami tidak mau hanya menjadi penyedia makanan, ibu-ibu di sini ikut pula membersihkan nagari.”

Cerita yang aku yakin tidak dibuat-buat, sejak memasuki gerbang KBA Tabek Talang Babungo hawa bersih itu sudah masuk dalam pandangan mata. Semuanya tertata dengan baik dan tidak ada satupun yang [bagiku] terasa dipaksakan. Natural saja.  

Kami turun dari mobil yang membawa kami dari Padang ke Tabek, disambut oleh Rumah Pintar dan sebuah tugu berbentuk miniatur rumah gadang. Setelah kudekati ternyata rumah gadang mini yang bagus itu dibuat warga Tabek dari ecobricks. Dari 225kg sampah plastik yang diolah bersama 400-an sampah botol air mineral.

Di Tabek sendiri sampah-sampah yang bisa didaur ulang dijadikan bermacam-macam, entah itu ecobricks ataupun disulap menjadi hiasan lainnya yang tidak kalah cantiknya. Semuanya dipilah dan diproduksi di Rumah Produksi Tabek. Sampah sisa makanan mereka berikan ke magot-magot untuk olahan magot pula. 

Tabek & Astra 

Sekiranya tidak ada kesia-siaan dari dipilihnya Tabek menjadi salah satu Kampung Berseri Astra. Meskipun Pak Kasri harus “basigigiah” untuk mendapatkan perhatian PT Astra Internasional, dia tahu warga Nagari akan menemani perjuangannya untuk Nagari. 

Duduk bersebelahan dengan Kepala Jorong Tabek dan perwakilan PT Astra yang kuyakin lebih muda dibandingkan beliau, dalam sudut pandangku Bapak Kasri berusaha tetap membagikan spotlight itu ke semua orang di sana. Mungkin hal sederhana itu yang tertanam secara tidak sadar di semua masyarakat Tabek, tidak mengejar spotlight sendiri. Hangat sekali di rangkaian acara itu. 

 

Tim Astra turut menegaskan kompak dan hangatnya warga Tabek dalam membangun kampungnya, katanya Astra Internasional hanya mendampingi dan mendukung sebahagian saja dari perkembangan yang bisa kita lihat di Jorong Tabek ini. 

Meskipun pada awal pengajuan Jorong Tabek sebagai kampung binaan tentu bersanding dengan pengajuan dari banyak sekali desa atau kampung lainnya, berkat usaha bersama terpilih juga Jorong Tabek dan sudah berjalan hampir 10 tahun lamanya. 

Dengan bentangan alam yang indah, pembangunan jorong Tabek bukan lagi tentang membangun secara fisik, tetapi juga membangun masyarakatnya. Anak-anak muda yang akhirnya menempuh pendidikan tersebar hingga ke luar negeri. Masyarakat dengan rasa gotong royong yang kuat. Kebersihan kampung yang tidak diragukan. 







Komentar