DILAN.
Nama ini sedang banyak muncul di semua media sosial karena kemunculan filmnya
di bioskop. Bosan sekali dengan nama itu akhir-akhir ini sampai aku pelesetkan
menjadi ‘Dilantak oto tagak’ (Ditabrak mobil berhenti), kebetulan juga dalam
masa aku membaca novel Dilan kejadian malang itu juga menimpaku. Kemunculan
film Dilan itu tidak membawa daya tarik bagiku pribadi, mungkin karena faktor
usia dan karakter yang tidak suka percintaan anak sekolah yang masih picisan, sekalipun aku telah kembali
dari dunia seperti itu.
Karena
faktor tidak menonton filmnya, kebetulan di instagram ada yang menawarkan novel
Dilan untuk ketiga seri-nya dalam bentuk buku elektronik. Ajimumpung kalo
artis-artis bilang, jadi aku baca novelnya saja karena kebetulan juga gratis. Dan
inilah tulisan yang ingin aku sampaikan tentang Dilan 1990, 1991, dan 1992. Ada
banyak hal yang tidak sesuai dengan pikiranku mengenai Dilan, Milea dan
lain-lainnya. Apalagi unek-unek kepada Milea.
Mari
kita mulai penyampaian unek-unek selama aku membaca novel Dilan 1990, 1991 dan
1992. Aku sudah membaca ketiganya hingga sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang
akan aku sampaikan. Kita mulai dari Dilan 1990, di sana seakan-akan dunia
benar-benar hanya untuk saling berdua, Dilan hanya untuk Milea, Milea untuk
Dilan. Di situ Dilan jadi sangat ‘didewakan’ pada awal-awalnya, hingga aku
sangat yakin penonton apalagi perempuan-perempuan alay penikmat laki-laki bisa
sangat mengharapkan kebagian seperti Milea juga. Aku tidak termasuk ke
dalamnya. Karena rasaku, memang tak ada yang bajingan juara kelas. Abangku hanya
karena ada nama di buku kasus, gagal jadi siswa teladan. Kasusnya juga bukan
berantam seperti Dilan, hanya karena rambut panjang. Yang kutakutkan akan
banyak anak SMA yang slengekan apalagi punya motor bagus dan masuk geng motor. Sok
jagoan tapi ga bisa menyamakan langkah Dilan dalam nilai. Setahuku penilaian
guru juga bukan hanya angka saja.
Sebagai
yang juga pernah melalui masa SMA yang sangat amatlah tolol tapi indah itu aku
juga pernah tahu teman yang suka bolos di jam pelajaran, bahkan aku juga salah
satu orang yang pernah bolos meski bolosnya hanya di kantin sekolah. Aku juga
pernah dengar orang tawuran meski tak separah cerita Dilan. Rasanya Bandung
tahun 1990 parah sekali anak-anak sekolahnya. Mengerikan.
Dilan
1990 pokoknya memang cerita asmara yang sangat-sangat ciamik. Dari trailer film
juga begitu penilaianku, hanya aku menampik tidak mau menilai sebelum tahu
secara utuh. Karena di film ‘My
Generation’ yang waktu itu aku tonton dengan social media influencer yang
lain, prasangka setelah melihat trailer dengan apa yang kita tonton sangat jauh
berbeda. Aku tidak menonton Dilan 1990 di bioskop, tapi Pidi Baiq sudah
menceritakan lebih dari film itu. Penyampaian Pidi Baiq di sangat mendetail
hingga hanya tinggal membayangkan kalimat demi kalimat itu di fikiran kita
hingga serasa menonton film, hanya waktunya lebih panjang. Di bioskop hanya
berkisar sekitar 2 jam, kalau membaca secara utuh dan kalimat demi kalimat
butuh waktu 5 jam.
Tokoh
bunda dalam cerita Dilan akan menambah angan-angan anak-anak SMA untuk mendapat
orang tua pacar yang sangat humble dan menerima kekasih dari anak-anaknya
sekalipun itu SMA dan dalam Dilan 1991 juga SMP. Ekspektasi kalian akan jauh
sekali kalau berharap seperti Dilan dan Milea hai anak muda!!!
Atau
mungkin karena aku bertumbuh di Minangkabau yang masih kental, walau makin ke
sini agak luntur dalam diriku sendiri karena diriku sendiri, jadi hal yang
terjadi dalam cerita Dilan adalah hal yang mustahil. Mustahil sekali pada zaman
SMA aku mengenalkan pacar pada ibuku, meski kalau punya pacar aku selalu dekat
dengan ibu mereka. Kecuali cikibalbokmen, aku kenal dia pasca mamanya meninggal
dunia. Jadi aku hanya beberapa kali diajak nyekar, kadang berdua kadang dengan
keluarganya. Itu salah satu hal yang terbaik yang pernah ada. Aku pernah
menghapus air mata laki-laki di depan bapaknya. Ingin carut rasanya kalau ingat
kejadian 5 atau 6 tahun lalu itu. Yang pasti, menurut bekas-bekas pacarku kala
itu kalau ibu mereka akan risih kalau sering disamperi pacar anaknya.
Pokoknya
masalah dalam Dilan 1990 hanya tentang si Dilan di geng motor, membela Milea
dan sekadar menjadi anak nakal yang tetap bisa menjadi juara. Meskipun aku suka
dengan tokoh Dilan, bukan karena suka kata-katanya, tapi suka dengan
komitmennya. Saat tidak menyukai sesuatu, lawan!
Lanjut
ke Dilan 1991. Ini aku paling risih dengan sikap Milea. Sekalipun cantik tapi
begok aja sih apa-apa diaturin anak orang. Meskipun wajar sih katanya cemas,
tapi kan itu juga baru aja pacaran, tapi udah berusaha atur ini atur itu. Harusnya
dia tahu prinsipnya begini, sebelum kenal Milea kan Dilan udah ada kehidupan
yang begitu. Kalau langsung larang ini itu kan jadi sangat tidak nyaman, sekalipun
karena dasar cinta, Dilan masih nurut awal-awalnya. Akhirnya di 1991 Dilan dan
Milea putus, diputusin Milea. Penggambaran Dilan sangatlah buruk, si Dilan
benar-benar ditekan. Segala konflik muncul karena Dilan. Seakan si Milea
sangatlah baik tanpa ada kesalahan.
Dilan
yang segitu banyak masalah dan kecamuk, si Milea malah makin kasih tekanan,
bukan kasih dukungan. Saat Dilan kehilangan Akew karena dikeroyok Milea malah
mendiamkan Dilan, hingga laki-laki romantis itu benar-benar kalut. Padahal
Milea harus tahu, laki-laki tidak mau dikekang, tapi dia mau melakukan apa saja
untuk yang dicintainya. Itu dua prinsip yang terdengar bertolak belakang, tapi
itu bisa sejalan kok tapi harus pelan-pelan. Tapi dari Desember 1990 ke
awal-awal 1991 itu baru sebentar loh, kecuali sudah lewat setahun trus Milea
mulai mengatur kehidupan Dilan mungkin bisalah diterima meskipun susah.
Setalah
Dilan 1990 dan Dilan 1991, akhirnya Dilan bicara dalam buku MILEA ‘suara dari
Dilan’. Di sini banyak hal yang akhirnya dilontarkan Dilan untuk
mengklarifikasi yang pernah diceritakan Milea di buku sebelumnya. Pedih juga
mendengar banyak penyesalan Dilan karena gengsi dan segala prasangkanya tentang
Dilan. Mungkin Pidi Baiq bermaksud untuk menyuruh pembaca memiliki ketiga
bukunya untuk menikmati cerita Dilan dan Milea.
Katanya
tidak enak jadi Milea, digombalin tapi tidak dinikahi. Aku tidak setuju. Perjuangan
Mileanya juga tidak bisa jaga sikap. Maunya itu kalau memang cinta harus
sama-sama berjuang, bukan tentang malu atau gengsi. Sama-sama salah sih Dilan
dan Milea, satunya gengsi satunya malu. Eh, pas udah mau tunangan Milea malah
merebak kenangan. Sama-sama masih gagal move on kok malah nekad tunangan, Milea
oon! Hahaha.
Well,
sesuai dengan prinsipku ambil baik buang buruk. Lagian tetap harus membaca,
apapun itu bacaannya. Sepicisan apapun, tetap ada nilai baik walaupun sedikit
di dalamnya. Baca deh!
Komentar
Posting Komentar