Setelah sekian lama
tidak mengunggah di blog, saatnya kembali menulis tentang segala hal yang tak
terpuaskan lisan. Hari ini (07/06) selepas beberapa hari penayangannya di
bioskop, akhirnya bisa bersua Godzilla di layar Cinemaxx Lippo Mall Lubuk
Linggau. Seperti biasanya selalu merasa sok tau dengan apa yang tersirat di
dalam film yang kutonton dan akan selalu seperti itu seterusnya. Aku punya
beberapa pemikiran pribadi yang sebenarnya hampir itu-itu saja.
![]() |
Godzilla:King of The Monster in cinema, now! |
Inti dari film ini
jelas kesalahpahaman seseorang atas kejadian yang mengakibatkan kehilangan
padanya. Ia berharap dengan apa yang ia lakukan akan membuat sebuah perbaikan. Padahal
apa yang ia lakukan hanya memberikan kehilangan yang sama kepada orang lain. Kasihan.
Emma, salah seorang doktor di Monarch Research, ia kehilangan seorang anak
karena kejadian yang diakibatkan oleh monster titan. Lalu berusaha mencari
jalan keluar dengan sebuah alat gelombang suara dan membangunkan satu per satu
monster titan. Alasannya karena untuk
menyeimbangkan alam harus ada legenda kuno yang harus dibangunkan, populasi manusia
sudah terlalu parah menurutnya. Kelebihan jumlah populasi inilah yang membuat
banyak kerusakan alam semesta.
Beberapa tahun
belakangan memang populasi makhluk paling beringas ini menjadi topik yang
paling ditonjolkan dalam karya-karya, khususnya film. Jika diingat-ingat
beberapa waktu lalu film Avengers:Endgame juga melandaskan permasalahannya
kepada populasi manusia yang melimpah dan Thanos ingin melenyapkan separuh dari
populasi ini. Kedua film dengan kemegahannya masing-masing ini, seharusnya bisa
menampar kita sebagai makhluk perusak terbaik. Kembali kepada film
Godzilla:King of The Monster ini, menurut si Emma ini dengan membangunkan
kembali para monster bisa menyeimbangkan kembali alam yang terlanjur dirusak oleh
manusia. Padahal ada cara yang sedikit halus dari pada pemusnahan. Salah satunya
dengan tidak usah punya banyak anak dengan kedok banyak anak banyak rezeki. Lagi
pula selama ini yang punya banyak sekali rezeki, manusia masih saja merasa
tidak puas.
Jika diingat-ingat lagi
dan dibawakan kepada dunia nyata, yang harusnya dapat julukan monster itu
adalah manusia. Tidak perlu dijelaskan tentang itu. Kita yang masih membuang
puntung rokok saja sudah bisa dikategorikan monster. Fikirkan saja tentang itu,
tetapi jangan ada pembenaran terhadap yang kita lakukan. Cobalah sesekali
menyalahkan diri sendiri. Meski tadinya sudah sangat semangat menuliskan
tentang film Godzilla:King of The Monster ini,
ternyata hasrat menulis memang belum kembali kepada diri. Saatnya
memejam. Dan anggap saja tulisan ini adalah sebuah status whatsapp dalam bentuk
tulisan panjang. Selanjutnya ada beberapa film yang akan aku tonton dan akan
kupamerkan juga di sini pendapat alayku. Lagian ini hanya langkah awal untuk
memulai kembali mencintai aktifitas menulsi, selamat malam.
Komentar
Posting Komentar