Akhirnya buku pertama Eka Kurniawan yang aku baca akan
secara resmi tayang menjadi bentuk audio-visual di bioskop pada 2 Desember 2021
nanti. Bacaanku di tahun 2015 kalau tidak salah, masih kuliah di S1 saat itu.
Judulnya “Seperti Dendam, Rindu Harus dibayar Tuntas”, judulnya sih biasa saja.
Tapi isi novel dan juga filmnya, tidak sebiasa itu dong. Apalagi mereka sudah
memenangkan Golden Leopard, penghargaan tertinggi dalam Festival Film
Locarno di Swiss baru-baru ini. Film ini juga menjadi salah satu bagian di JAFF
sc: okezone.com |
Semalam aku sudah lebih dulu menyaksikan filmnya diajak Klabfilm, dan kutukan yang sudah baca buku lebih dulu sebelum menonton adalah kecewa. Bukan berarti film ini mengecewakan ya, tapi pasti ada ekspektasi yang tidak terpuaskan kalau isi novel yang sudah dibaca bertransformasi ke dalam film. Harus ditekankan lagi kalau film ini tidak mengecewakan sama sekali.
Tidak mengecewakannya karena pemotongan cerita dari novel dilakukan dengan sangat halus, halus sekali. Bisa dibilang memuaskan sebagai film, tapi kembali lagi sebagai pembaca novelnya pasti ada ekspektasi yang tidak bisa diisi penuh oleh film-makernya. Spoiler sedikit nih, asal usul Ajo Kawir di film ini akan sangat berubah. Selain untuk mempersingkat penjelasan, menurutku memang orang tua Ajo Kawir di novel tidak punya peran yang mempengaruhi jalan cerita.
sc:pribadi |
Pertama yang harus diingatkan dulu kalau film ini akan banyak adegan dewasanya, jadi yang sudah 17 tahun ke atas tetapi masih sangat geli dengan pembahasan pelacur, adegan seks, ciuman, dll. lebih baik dilewatkan dulu. Secara kasarnya film ini bercerita tentang perjalanan burung Ajo Kawir tak bisa mengeras seperti kawan-kawannya, jadi ya ceritanya akan seputar itu saja nampaknya.
Namun dibalik adegan-adegan mesum itu, ada cerita pelecehan seksual yang bagiku cukup mengerikan juga. Bukan hanya mengerikan bagi si perempuan kecil, tetapi juga mengerikan juga bagi yang melakukan. Kata kawan-kawanku, burung terjepit resleting sedikit saja sudah perihnya ke langit ketujuh, di cerita ini dijepit pintu lemari hingga diinjak-injak sampai berdarah. Ngilu ga tuh?
Kembali lagi ke rumus film tidak bisa membawa isi buku
secara utuh ke dalam layar, ada banyak penggambaran peran yang harus mengalah
demi menguatkan peran Ajo Kawir dan Iteung. Contohnya si Tokek, satu tokoh yang seharusnya dapat porsi yang
lebih dari itu namun di film kalau tokohnya dihilangkan pun tidak akan banyak
yang berubah. Paling satu alasan mereka ke rumah Rona Merah saja yang tergeser.
Setidaknya dari beberapa perkelahian, salah satunya ada si Tokeklah.
sc: antaranews.com |
Terlepas dari bagaimana film berkonsep 80-an ini ditayangkan di 2021, cerita yang rada nganu, bahasa yang memang hanya biasa didengar oleh 18 tahun ke atas, film ini masih sangat layak menjadi list kamu yang sudah biasa saja dengan hal-hal terkait ‘bercinta’. Cerita Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas ini mengangkat isu pelecehan sosial yang harus diwaspadai di berbagai situasi. Bahkan di situasi ruang lingkup pendidikan saja pelecehan seksual itu ada. Laki-laki jahat bisa semenyeramkan itu. Tonton gih, trus balik lagi kasih spoilernya ke sini daftar laki-laki kurang ajar di sana.
Oh iya, penukaran asal-usul Ajo Kawir di film ini sebenarnya bisa membuka pertanyaan lain. Mereka di Bojongsoang tapi kepikiran menamai anaknya Ajo Kawir yang notabene Ajo adalah panggilan orang Minang yang berasal dari Pariaman. Sedangkan di film ini orang tua angkatnya Wa Sami dan Iwan Angsa. Anak batang pisang kok tiba-tiba bernama Ajo?
Ada satu lagi pemikiranku, fil-film Indonesia yang bukan horor sudah mulai garang-garang dengan cerita bernuansa sensual. Adegan-adegan seperti ciuman ala barat, ‘adegan ranjang’, dll akan mulai dengan gampang kita saksikan di film bukan horor. Bahkan sebelumnya film horor konon lebih ke mengumbar keseksian saja, aku dengar dari orang-orang yang menonton horor karena aku tidak akan memberi ospek ke jantung dengan cara itu.
Kita akan mulai dibiasakan dengan tontonan beradegan ciuman panas. Tapi itu sesuatu yang tidak akan berbahaya untuk umur yang dianjurkan lembaga sensor. Makanya bagi semua orang harus saling memperhatikan tontonan orang terdekatnya, terlebih orang tua harus tahu apa yang ditonton anak-anaknya.
Ingat ya! Seperti Dendam, Rindu Harus dibayar Tuntas ini bukan film yang mengecewakan. Hanya saja kita pembaca bukunya harus memahami kalau tidak semua ekspektasi bisa dituntaskan. Tapi buatku, separuh dari ekspektasiku yang kebanyakan sudah dituntaskan utuh oleh film ini. Terima kasih Mas Edwin dan Bang Eka Kurniawan yang turut hadir di credit-tittle sebagai penulis skenario.
Uis ini memang keren, harus ditonton ini. Tq Infonya Uni Rere, he
BalasHapusHarus sih.. 😁
HapusMantap kak rerr, sebenarnya cuma baca beberapa paragraf, tapi ngerti mksdnya
BalasHapusBaca semuanya dong , masa beberapa doang 🤭
HapusDan seperti bukunya, film ini pun harus ditonton tuntas ya Kak Re? Bukankah begitu?
BalasHapusMasuk list dulu lah, meski belum baca bukunya. Berharap bisa baca bukunya suatu waktu. 😊
Bener!! Harus tuntass setuntas-tuntasnya 🤟
Hapus👍😇
HapusLagi suka nonton aja kak kebetulan 😂 film digitalnya ditonton dimana kak?
BalasHapus