Sebuah Masterpiece 2022, KKN Desa Penari : Another 1000000/10

Setelah bertahun-tahun menjauhi film horor, akhirnya aku beranikan diri ke bioskop untuk menyaksikan salah satu masterpiece film Indonesia. Meskipun sudah tayang hampir sebulan dan sudah mendekati angka 9jt penonton. Kalian harus tahu interpretasiku terhadap karya besar yang sedang bersiap membalap No Way Home dan Endgame di data jumlah penonton Indonesia. 
 
The another 100000/10 sih bagiku. Aku belum paham betul tentang scoring, cinematography, dll dalam film. Berbekal dengan berbagai review tentu saja, menurutku seluruh komposisi filmnya sangat amat memuaskan untuk dinikmati. Semuanya. Bahkan aku berkali-kali terpesona dengan unsur cerita yang diangkat dalam film ini. 


Padahal sebagian orang mengatakan kalau ini hanya faktor fame saja, secara film horor tidak bagus. Tidak pemirsa. Film ini memang hebat sekali menurutku. Tentu saja viralnya thread twitter yang menceritakan pertama kali itu juga salah satu faktor yang menbuat mereka sangat hebat. 
 

Aku tentu tidak banyak tahu persis standar film horor bagi penonton kita di Indonesia. Hanya saja, bagiku ini sih sudah kelas dunia sekali. Wajar Singapore dan Malaysia turut akan meramaikan angka penontonnya nanti. Sebab memang tidak banyak jump-scared di sini. Ya meskipun beberapa kali aku tetap kaget. Yap, aku penakut sekali sampai saat sosok-sosok itu ditampilkan, aku tetap saja kaget padahal tidak dimunculkan secara biasa aja. 

 
Si penakut ini tentu saja butuh alasan lain untuk menyaksikan film ini dan itu adalah Fajar Nugra. Si stand up comedy yang sudah jarang nampak sebagai komik, karena jadwalnya menjadi aktor sudah lumayan padat. Tapi ya udah. Dia lucu. Celetukan-celetukan ala mahasiswa songong namun geblek yang ditampilkan lumayan menggelitik. Tipis-tipis tapi sip banget. 


Kalo kata Reza Rahardian, naskah film akan memilih pemerannya sendiri, itu terbukti sekali di sini. Kayak Pak Diding ini aja, dia jadi Mbah Buyut tuh udah paling keren banget menurutku. Respect gila sama pemain-pemainnya, respect untuk casting directornya! Hormat setinggi-tingginya untuk semua jajarannya. Meskipun agak kurang suka dengan pemeran Bima, pembawaannya tidak pas saja sebagai mahasiswa KKN. Terlalu dewasa untuk mahasiswa KKN. 


Hal paling gila yang membuat film ini wajar sekali ditonton, bahkan untuk ditonton berkali-kali, adalah banyak sekali kelisanan rakyat yang menyangkut di film ini. Bukan hanya relate untuk masyarakat di pulau Jawa saja, aku fikir beberapa yang diangkat ke film juga relate dengan mitos atau legenda yang ada di Minang. Kampung mistis? Nah, di Minang ada Sibunian. 
 
Bagi yang pernah mendengar kisah Sibunian kuyakin akan berfikir hal yang sama. Meskipun yang sempat kudengar tidak ada penarinya. Aku pernah mendengar orang yang sempat dibawa Sibunian itu ada pesta besar yang dihelat oleh mereka. Dan memang makanan-makanannya konon semenjijikan yang dibungkus Wahyu dari pesta si Penari. 


Saat Mbah Buyut berubah menjadi anjing untuk menjemput Widya, aku sempat 'waaaahhh gila' karena meskipun berubah menjadi anjing, aku merasa ada kesamaan dengan apa yang pernah kudengar. Dulu itu katanya, kalau 'orang pandai' yang sudah tinggi 'ilmunya', akan punya kemampuan untuk berubah dengan binatang. Hanya saja bukan anjing, karena identiknya Sumatra khususnya bagian tengah adalah harimau. Iya, si Inyiak. 


Bukan mengarang-ngarang cerita, namun aku memang sedari kecil banyak bercerita entah itu dengan Ayah, Ibuk, dan semua orang tua-tua. Bahkan yang terkait mistis dan ular, di keluargaku ada cerita yang diturunkan Ayahku (lain kali kita cerita). Kadang hal yang di luar nalar memang, hanya saja itu terjadi. Orang yang berhasil lepas dari kampuang Sibunian juga ada. Di Minangkabau kita juga punya kok, makanya aku sempat berfikir begini ketika menonton: 'apa ini cerita dari Sumatra ya?' Hanya saja langsung ingat kalau kelisanan kita di Indonesia memang banyak sekali kemiripan satu sama lainnya. 
 

Paling terpesonanya sih memang kahadiran kelisanan kita alias mitologi yang biasa kita dengar-dengar selama ini. Terpuaskan sekali sih dengan semua perasaan yang dibangun dari awal. Pengambilan gambar yang banyak berputar-putar dari awal emang lumayan membuat pusing sih. Oh iya, perkara horornya memang berbeda dengan yang selama ini mengagetkan, tetapi di KKN Desa Penari seramnya ya karena pikiran kita (terlebih yang pernah tinggal di pedesaan) sudah punya pengetahuan yang nyaris sama dengan kisah hantu-hantunya. 


Cerita yang memang sudah sangat viral, cerita yang dekat sekali dengan masyarakat Indonesia, promosi yang panjang faktor pandemi, aktor-aktor yang dari matanya saja sudah sangat bermain sepanjang  film, banyak sekali hal yang relate, waktu perilisan yang tepat. Hoki yang sempurna sekali untuk bisa mengejar angka penonton Endgame di Indonesia. Semoga betul-betul bisa mengalahkan angka No Way Home dan Endgame segera. Dengan itu kalian harus banget menyaksikan karya yang akan menjadi masterpiece ini.


JANGAN TUNGGUIN INI DI OTT! Soalnya sound-nya bagus sekali dari awal. Dan itu tidak akan sepenuhnya kita dapat di OTT, kecuali kalian punya home-theatre yang lebih proper. Pastikan juga bioskop yang kalian pilih masih bagus dan nyaman biar menikmati dengan sempurna. 



Kalau kalian di Padang sih mending nonton di CGV sih kayaknya, atau XXI Transmart masih okelah. Yang satu lagi sudah mulai kureng soalnya. 

Ya udah segitu aja. Terima kasih yang sudah baca sampai habis. ☺

Komentar

  1. Kultur Minang, sibunian gak ada tari²an Kak. Tapi perhelatan dan keramaian seperti pasar ada. Mungkin beda tempat dan kultur. Rata-rata yang udah oernah travelling ke desa bunian. Pikiran merrka seperti dicuci jadinya nge blank.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kan itu udah kubahas juga ncu dalam tulisanku :")

      Hapus
    2. Mantap akaunya belum sempat nonton

      Hapus
    3. Nonton dong buruan, rame-rame biar ngalahin angka penonton endgame.

      Hapus

Posting Komentar