SEBARKAN INFORMASI INI DAN KALIAN AKAN MENDAPATKAN 7000 PAHALA
Enggak deng, aku tidak tahu berapa pahala yang akan kalian dapatkan kalau membagikan informasi ini. Yang aku tahu kita akan sama-sama berbahagia kalau informasi ini menyebarluas dengan seluas-luasnya. Sebab aku akan bercerita tentang lautan fakta yang hadir dalam obrolan kami saat ngopi santai dengan YAICI, Blogger Ranah Minang, dan beberapa media daring beberapa hari yang lalu.
Meskipun dari tahun ke tahun angka stunting di Indonesia sudah pelan-pelan turun, hanya saja kita perlu terus berharap untuk tidak ada lagi angka stunting di Indonesia. Minimalnya di sekeliling kita. Dampaknya sih luar biasa jeleknya. Apalagi untuk masa depan anak-anak.
Mari kita abaikan dulu angka-angka sebab aku benci matematika. Hanya saja mari kita ingat-ingat dulu keluarga, tetangga, dan lingkungan sekeliling kita. Masih banyak PR bersama untuk sama-sama memperbaiki situasi jelek ini.
Beberapa highlight obrolan yang kemarin menempel di kepalaku.
Pekara Kental Manis
Seharusnya ini sudah isu busuk untuk kita bahas, sebab sudah dari beberapa tahun yang lalu pun YAICI sudah sangat aktif babak belur berdarah-darah untuk menyebarkan informasi tentang ini. Faktaya susu kental manis atau menurut peraturan BPOM sudah diterangkan menjadi kental manis itu hanya sekumpulan gula yang dicairkan sedemikian rupa.
Menurut Sejarah, ternyata kental manis itu dulu pertama kali dibuat untuk memenuhi perbekalan para tentara perang. Kalau membawa gula pasir tentu riweh sekali, makanya dibuatlah kental manis. Entah bagaimana caranya kental manis yang isinya gula itu masuk ke Indonesia dan dianggap sebagai susu.
Kesalahpahaman ini kalau kata Mas Arif – YAICI kemarin, itu sudah ratusan tahun terjadi. Sementara sosialisasi untuk meluruskan hal itu baru berjalan sekian tahun yang masih bisa dihitung dengan jari. Tentu perlu perjalanan panjang dan bantuan dari semua orang untuk bisa memperbaiki kesalahpahaman tersebut.
Angka stunting yang sempat naik itu salah satu akibat dari abainya kita terhadap fakta bahwa kental manis ini tuh gula. Yang mana harus kita tekan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Terutama pada anak-anak yang seharusnya mendapat gizi yang seimbang, bukan didominasi gula.
Kalau dulu iklannya kental manis itu sebagai susu, sehingga membuat banyak sekali anak Indonesia yang minum susunya itu kental manis. Dengan kata lain, minum gula bukan minum susu. Belakangan iklan produk kental manis sudah menyebutkan kental manis sebagai toping saja.
Topping doang ya! Sayangnya sudah semuanya makanan-minuman yang menggunakan topping ini. Jadi, saat waktu kecil kita minum susu yang sebenarnya full-gula, pas remaja tua begini camilannya pakai barag yang sama. Apa tidak meningkat itu kasus diabetes?
Literasi Gizi
Ini sih menjadi muara setiap poin obrolan kami tempo hari. Entah itu kasus yang sudah terjadi, situasi di masyarakat, dan lain-lainnya. Semuanya bermuara pada literasi gizi ini. Ini sih jadi PR luar biasa bagi kita semua-semuanya. Entah itu kita sebagai orang tua, tante, om, guru, bidan, pokoknya yang atas nama manusia harus menjadikan ini tanggung jawab bersama.
Kalau dari YAICI sih sudah berperan dengan banyak sekali kerja sama yang mereka lakukan. Menyebarluaskan literasi gizi ini melalui apa saja, entah datang langsung seperti yang mereka lakukan tempo hari ke salah satu nagari di Padang Pariaman kemarin. Ataupun melalui kader-kader lembaga yang sudah bekerja sama dengan mereka.
Aku kemudian berpikir lagi, apa peran yang aku bisa turut serta? Selain memperbaiki kembali gizi yang aku konsumsi?
Pola Asuh Anak
Ini sebenarya permasalahan yang luar biasa rumit. Sebab setiap mausia itu unik dengan bentuk, sifat, bahkan keanehannya masing-masing. Cuma aku mau menuliskannya aja di sini, sebab mungkin di suatu saat aku kembali membaca unggahan ini. Biar refleksi diri aja.
Saat ini sejak bayi sudah akrab sekali lidahnya dengan sesuatu yang manis saja, harus serba manis. Bukan sesuatu yang mengejutkan juga kalau apa saja kita beri kental manis + gula supaya semakin manis. Tidak menghitung kaya-miskin, sibuk atau tidak, banyak sekali orang tua yang menyuguhkan MPASI instan saja kepada anak-anaknya. Dimana kebanyakan MPASI sachetan itu memiliki rasa yang dominan manis.
Padahal seharusnya kita meluangkan sedikit ‘repot’ kita untuk menyeleksi MPASI yang kita berikan. Buktinya sekarang tidak menunggu tua untuk menjadi pasien diabetes, sebab dari bayi saja gula yang diberikan sudah mengandung gula.
Menu yang dominan gula kemudian garam dan lemak yang tidak berimbang, jadilah itu berbagai macam ragam kebiasaan buruk dan penyakit.
Sebenarnya banyak sekali obrolan out of record yang kami obrolin, cukup menyebalkan dan kalo kata Paman Coki sungguh sangat ‘why’ sekali. Bahaya pokoknya bahaya.
Aku berharap tulisan ini bisa jadi bahan diskusi kita bersama, semoga angka stunting bisa terus ditekan kalau bisa dihabisi. Tentu menjadi tugas bersama, termasuk aku pribadi.
Ya begitulah Uni. Adakalanya parents pun bangga ketika gak pantang2in anaknya jajan, termasuk cemilan manis. Ada dulu anaknya tetangga di Jakarta yg usia 5 tahunan udah kena obesitas dan rasanya udah ada warning diabetes juga deh, karena ibunya punya riwayat diabetes.
BalasHapusAku yang belum di sana seringan takut deh Kak denger2 berita kayak gitu.. huhu
HapusPR kita semua ya, za. Mudah2an dari media blog ini tersampaikan literasi apa itu susu kental manis
BalasHapusSiap kampanye kita kan kak?
Hapushahaha ada paman Coki disebut disini :D
BalasHapusFaktor keseringan ngikutin mereka Kak. hahahaha.
Hapus