Ngopi di Kaki Gunung Talang, Kemudian Makan Kenyang! #AquaSolok

Dan aku kembali dalam rencohnya perjalanan bersama teman-teman Bloger Ranah Minang dan kali ini ditambah dengan beberapa influencer yang mungkin kalian sering lihat di instagram atau tiktok. Kali ini aku berjanji akan seru untuk diikuti dan akan membahagiakan untuk terus dibaca ulang. Karena ini benar-benar ditulis di hari yang sama dengan perjalanan kami ke beberapa kelompok masyarakat yang ternyata dibina CSR Danone Aqua melalui lembaga bernama Human Initiative.



Rumah Pengolahan Kopi Kayu Aro Solok

Terakhir ke Dusun Limo Nagari Kayu Aro hanya sampai di Rumah Pangan Lestari, sekarang sudah sampai ke bagian atasnya lagi melewati kawasan sumber mata air Aqua ke sanaannya lagi. Turun dengan kondisi sempoyongan efek perjalanan, aku sampai di tempat pengolahan kopi Kayu Aro Solok.


Di sana tentu beramah tamah, ngulik tentang pengolahan kopi, dan tentu saja menikmati kopi hasil pengolahan masyarakat di sana. Kelompok yang beranggotakan kurang lebih 21 orang dan berbagi tugas untuk membuat kopi dari berbentuk ceri sampai bisa diseduh dengan gaya anak senja.

Kebetulan juga sedang ada tim dari Human Initiative, Bang Yozi dan Uda Defri. Jadi mereka turut menjelaskanlah kegiatan mereka yang baru merekah di kawasan itu. Mereka berdua dan tentu saja timnya yang membina beberapa kelompok masyarakat dengan bidang yang berbeda-beda. 

Terkait kopi, aku biasanya hanya akrab dengan kopi susu, kopi latte, dan beberapa kopi dengan campuran manis yang kelewatan. Hari ini aku bisa mendeklarasikan diri sebagai anak kopi sebab sudah diajari Bang Yozi menikmati kopi tanpa gula. Dia juga bisik-bisik, katanya kalau biasa minum kopi tanpa gula nanti ketertarikan lidah kita pada rasa manis akan berkurang dan sensitif. Sebuah trik mengurangi gula, katanya ya!

Aku sebangga itu bisa menemukan rasa manis di kopi pahit V60 yang diseduhkann oleh Bang Yozi. Thank you, Bang! Kalian wajib lihat videonya di instagramku sih, Hahahaha.

Rumah Pangan Lesteri

Funfact, sebelumnya aku sudah ke sini untuk berbincang dan merancang beberapa agenda hari ini dengan Bu Ira. Tentu saat itu juga dijelaskan banyak hal sama beliau. 

Kali ini kedatanganku bukan hanya bertemu dengan Bu Ira, namun ada Ibu-ibu yang lainnya yang menyambut kami. Seru sekali bisa mencoba panen sayur dan langsung mengolahnya. Kalau sudah diolah tentu saja sudah ada kawan-kawan setelahnya. Termasuk makan siang dengan ‘Bareh Solok’ yang kami bangga-banggakan. Tentu saja sayur organik menjadi menu andalan yang terhidang sepanjang rumah. 

Aku mencomot ‘sambalado bauwok’ dengan bada teri lalu mangincoh-nyo dengan sayur lalidih alias kangkung favoritku. Aku sempat mengabaikan ayam balado, ayam goreng bumbu, dan ikan nila yang terhidang. Hanya karena sudah kenyang tapi masih nyandu dengan sambalado-uwok ini aku mencomot satu ayam goreng untuk dicocol ke sambalado ini.

Sampai menuju malam pun perutku masih kenyang dengan kenikmatan makan siang dengan suasana rumahan yang dikelilingi kebun dan sawah.

Lokasi yang berdekatan sekali dengan lokasi pengolahan kopi Kayu Aro Solok, membuat Rumah Pangan Lestari ini menjadi bagian dalam masterplan yang diwacanakan oleh Human Initiative agar bisa menjadikan Dusun Limo Nagari ini nanti menjadi agrowisata. Pasti akan menyenangkan kalau masterplan-nya masak dan terwujud nyata. Kita doakan ya!

Rumah Maggot Kelok Batuang

Kalian yang sebelumnya mengikuti blog ini tentu sudah pernah membaca perjalananku ke Kelok Batuang ini. Hanya saja ternyata rumah maggotnya sudah digeser jadi lebih dekat dengan kebun sayuran organik, supaya anggota kelompok yang piket mengurusi maggot juga bisa sembari mengecek pertumbuhan sayur-mayur. 


Kebetulan sekali kedatangan kita bertepatan juga dengan jadwal panen telur lalatnya. Kalau sebelumnya cuma mendapati penjelasan dari Ibu-ibu kelompok tentang bagaimana mereka memanen telur lalat ini, sekarang bisa melihat langsung prosesinya.

Kurang lebihnya begini; sisa makanan yang berbau kuat seperti kulit mangga, nanas, dan lain-lain sebagai pemancing betina petelurnya di taruh di sebuah wadah dan ditutup kain. Ada kayu-kayu kecil yang dipasangkan paku payung agar saat beberapa kayu diikat memiliki celah-celah yang akan dijadikan tempat telur oleh lalat hitam-hitam gemoy ini. 

 

Saat panen, yang kebetulan saat kami datang itu, Ibu-bu akan mengambil kayu-kayu itu diambil dan dibuka satu persatu untuk dipindahkan ke wadah yang lain dengan treatment yang lain. Wadahnya sudah diisi dengan bubur yang diolah dari dedak halus diberi air dan dibuat seperti bola-bola kecil. Di dalamnya tisu diletakkan dengan penyangga untuk menampung telur-telurnya.

Tidak bisa sembarangan, memindahkan dari kayu-kayu kecil ke tissue ini pun wajib sekali menggunakan pisau cutter yang tipis dan tajam supaya mengurangi kerusakan pada telur-telur lalat ini.

 

Begitulah perjalananku kali ini ke 3 kelompok masyarakat yang dibina oleh CSR Danone Aqua melalui Human Initiative di Kabupaten Solok. Pasti akan sangat menyenangkan kalau nanti ketiga kelompok masyarakat ini semakin berkembang dan punya dampak ekonomi seperti yang sudah pelan-pelan dinikmati oleh masyarakat di sana.

Aku membayangkan kalau di sana menjadi hidden gem tempat ngopi dengan suasana kaki Gunung Talang yang tenang sekali. Atau mungkin akan menyenangkan kalau lain kali kita bisa berkenalan dengan kelompok penerima CSR Danone Aqua yang lainnya. #AquaSolok

Komentar

Posting Komentar